The Story of Indonesian Heritage

Monumen Pers Perjuangan Surabaya

Rek ayo rek! Mlaku-mlaku nang Tunjungan. Tema backpacker kali ini memang menyusuri kawasan Tunjungan. Setelah selesai menyaksikan gedung yang dulu pernah digunakan oleh N.V. Simpangsche Apotheek atau yang dikenal dengan Apotik Simpang, saya melanjutkan ke arah utara.
Searah garis lurus dari muka gedung Apotik Simpang, terdapat bangunan lawas dengan ciri khas yang letaknya juga berada di pertemuan jalan. Sesuai dengan tulisan yang tembok atas, bangunan lawas tersebut adalah Monumen Pers Perjuangan Surabaya. Monumen ini terletak di Jalan Embong Malang No. 2 Kelurahan Genteng, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi monumen ini berada di pojok pertemuan antara Jalan Tunjungan dengan Jalan Embong Malang, atau di depan kompleks Tunjungan Plaza.
Merunut foto-foto jadul yang banyak diunggah di dunia maya, terurai sebuah sejarah mengenai gedung yang kini menjadi Monumen Pers Perjuangan. Foto pada tahun 1898 memperlihatkan bahwa di lokasi tersebut masih berupa bangunan rumah biasa yang diapit dua jalan. Rumah tersebut menghadap ke Jalan Embong Malang (nama jalan sekarang). Wajah hadap bangunan sekarang, pada foto tersebut masih berupa pekarangan yang dikelilingi tembok berukuran dua pertiga pintu, dan masih rimbun dengan pepohonan.


Pada tahun 1900, bangunan rumah tersebut sudah tak ada lagi. Di lokasi yang sama telah berdiri Simpangsche Bazaar yang menempati pekarangan, dan rumah lamanya dirobohkan. Bekas rumah lawas tersebut menjadi halaman penyela antara Simpangsche Bazaar dengan Bierhal. Simpangsche Bazaar adalah toko yang menyediakan aneka kebutuhan, dan Bierhal merupakan kafe yang sering dikunjungi oleh orang-orang Belanda. Karena kedua bangunan tersebut diapit oleh dua jalan besar, maka Simpangsche Bazaar dan Bierhal pada waktu menjadi tempat yang cukup dikenal di Surabaya.
Pada tahun 1920, kedua bangunan tersebut masih eksis. Hanya saja terdapat sedikit perubahan untuk fasadnya. Pada Simpangsche Bazaar, bagian mukanya yang dulu membentuk gevel segitiga telah berubah menjadi gevel melengkung. Sedangkan, pada Bierhal kolom yang membentuk tiga pintu sudah tak ada lagi. Lalu, di lokasi yang sekarang menjadi gedung menjulang Tunjungan Plaza sudah berdiri bangunan dengan pagar yang antara kolomnya dihubungkan dengan rantai.
Pada tahun 1925, bangunan Simpangsche Bazaar sudah tak terlihat lagi. Gedungnya dibongkar, dan didirikan bangunan lagi yang cukup megah. Di atas atapnya berdiri menara kecil seperti yang terdapat pada bangunan gereja. Bangunan tersebut menjadi sebuah toko mobil.
Toko mobil tersebut tak bertahan lama. Pada tahun 1928 toko mobil tersebut berganti menjadi Toko Nam dengan fasad bangunan yang masih sama dengan sebelumnya. Keadaan di sekitar Toko Nam sudah mulai tampak ramai. Terlihat trem berjalan di sampingnya, dan di kiri kanan toko telah berdiri bangunan lainnya. Kemudian, pada tahun 1930 sudah berdiri bangunan berlantai dua yang bisa disaksikan sampai sekarang. Bangunan berlanggam Art Deco itu sekarang berada di sebelah timur dari Monumen Pers Perjuangan, dan sejajar dengan Hotel Majapahit.
Pada tahun 1938, Toko Nam dibongkar dan menjadi bangunan dua lantai bergaya Art Deco. Namun sudah tidak ditempati lagi oleh Toko Nam, melainkan menjadi Toko Kwang. Pada saat menjadi Toko Kwang inilah yang merupakan wujud bangunan yang bisa dilihat sampai sekarang yang bernama Monumen Pers Perjuangan.
Pada masa pendudukan Jepang, Toko Kwang ini diambil alih oleh Jepang, dan sejak itu tak lagi terdengar Toko Kwang lagi. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, dan mulai hengkang dari Surabaya, bekas Toko Kwang mulai dikosongkan. Pada 1 September 1945, para wartawan pribumi yang dulunya bekerja di Kantor Berita Domei milik Jepang berusaha mendirikan Kantor Berita Indonesia bertempat di gedung ini. Pada Oktober 1945 Kantor Berita Indonesia di Surabaya diintegrasikan menjadi bagian dari Lembaga Kantor Berita Antara, sehingga menjadilah Kantor Berita ANTARA cabang Surabaya.
Sejak itu, gedung ini menjadi pusat kegiatan kantor berita, dan sekaligus sebagai markas pers pejuang dengan menerbitkan buletin yang diberi nama Siaran Kilat. Keberadaan kantor berita ini amatlah penting dalam masa perjuangan kemerdekaan. Sebab dari sinilah berita-berita kemerdekaan bisa tersebar ke luar negeri, sehingga gigihnya perjuangan kemerdekaan bangsa ini bisa diketahui di luar sana. Itulah sebabnya gedung ini kemudian ditetapkan sebagai cagar budaya Kota Surabaya sebagai gedung bersejarahm dan kemudian dinamakan Monumen Pers Perjuangan Surabaya. *** [090116]

Share:

1 komentar:

  1. wahh nemu tulisan lama di salah satu blog sejarah, kira2 ada sumbernya ga min??

    BalasHapus

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami