The Story of Indonesian Heritage

Kantor Telkom Surabaya Unit Pelayanan dan Perbaikan

Menyusuri kota lama Surabaya memberi kenangan tersendiri. Banyak bangunan lawas penuh sejarah berdiri. Ada yang menyatu dalam satu deret, ada pula yang terpisah membentuk halaman sendiri. Pada waktu itu, pusat pemerintahan ketika itu masih berada di utara Jembatan Merah, sehingga segala pusat kegiatan masyarakat termasuk di dalamnya perdagangan dan jasa serta permukiman berada di sekitar Jembatan Merah, Ampel dan Kembang Jepun. Kota Bawah ini sering disebut sebagai kota tuanya Surabaya (Oude stad).
Salah satu bangunan lawas yang masih bisa disaksikan sampai sekarang adalah gedung Kantor Telkom Unit Pelayanan dan Perbaikan. Kantor Telkom ini terletak di Jalan Garuda No. 4 Kelurahan Krembangan Selatan, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung kantor ini berada di depan Gedung Eks De Javasche Bank. Sebelah timur dan utara berbatasan dengan Jembatan Merah Plaza (JMP), sebelah barat dengan Jalan Kasuari, dan sebelah selatan dengan Jalan Garuda.


Huib Akihary dalam bukunya, Architectuur & Stedebouw in Indonesie 1870/1970 (De Walburg Pers, Zutphen, 1990) menyebutkan, gedung ini pada masa Hindia Belanda dikenal dengan Telefoonkantoor te Soerabaja. Gedung ini didesain oleh Ir. Frans Johan Louwrens Ghijsels, arsitek dari BOW (Burgelijke Openbare Werken) kelahiran Tulunggagung, yang pembangunannya dikerjakan dari tahun 1913 dan selesai pada tahun 1915.
Bangunan tiga lantai dengan menggunakan beton sebagai konstruksi utamanya, menjadi salah satu pelopor arsitektur modern di Surabaya, dan saksi dari Surabaya mengubah dirinya menjadi kota metropolis dengan memiliki instalasi pertama dari jaringan telepon. Dengan adanya jaringan telepon tersebut, bisa berkomunikasi dengan menghubungkan Tanjung Priok dan Weltevreden yang berada di Batavia. Pada waktu itu, tercatat ada sekitar 568 pelanggan.
H.W. Ponder dalam bukunya, Javanese Panorama: More Impressions of the 1930s menulis bahwa hubungan telepon internasional antara Belanda dengan Jawa lebih baik ketimbang Malaysia yang pada waktu itu kalau mau menelpon ke Singapura dan Penang saja belum ada jaringan teleponnya. Biaya menelpon sekitar 6 menit Jawa-Nederland pada waktu masuk tahun baru 1938 hanya sekitar 5 gulden (biasanya 15,25 gulden per 3 menit).
Ketika perang berkecamuk pada masa revolusi fisik dulu, gedung Kantor Telkom ini pernah digunakan sebagai tempat pertahanan para pemuda atau arek-arek Suroboyo saat terjadi bentrokan dengan pasukan Sekutu (Inggris) yang bermarkas di gedung Internatio (Internationale Credit en Handelsvereeniging Rotterdam).
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/251/402.104/1996, gedung Kantor Telkom ini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya Kota Surabaya dengan nomor urut 20. Hal ini karena gedung tersebut telah memenuhi kriteria, tolok ukur dan penggolongan bangunan cagar budaya. *** [020815]

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami