Seperti
biasa, sebelum diadakan training selalu didahului dengan pilot test. Pada Performance
Oversight & Monitoring Endline Survey for the Evaluation of the Education
Partnership – Component 1 (School Construction) ini, saya berkesempatan
mengikuti pilot test di Situbondo dan
Probolinggo.
Berangkat
pada 10 Agustus 2015 dari kantor Regional Economic Development (REDI) pagi
menuju Bandara Juanda untuk menjemput pewakilan dari EP-POM terlebih dahulu.
Kemudian dari Bandara Juanda, kami menggunakan mobil rental bermerk Toyota
Innova menuju Situbondo pada siang hari. Sampai di perbatasan antara Kabupaten
Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo sudah menjelang malam, kami berempat pun berhenti
untuk makan malam.
Lokasi
makan malamnya dipilihkan oleh salah seorang di antara kami, di Rumah Makan
Rawon Nguling. Rumah makan ini terletak di Jalan Raya Tambakrejo No. 75 Desa Tambakrejo,
Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Lokasi rumah
makan ini berada di perbatasan antara Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten
Probolinggo, atau tepatnya berada di timur gapura batas kabupaten.
Awalnya, rumah makan ini bermula dari warung makan sederhana, yang dirintis oleh Karyodirejo dan istrinya, Marni, pada 12 Desember 1942. Warung makan tersebut dulu diberi nama “Lumayan.” Warung makan ini menyajikan berbagai masakan ala kampung khas Jawa Timur, di antaranya lodeh, soto, rawon, dan sebagainya.
Kebetulan
rawon yang dimasak oleh Karyodirejo terasa pas dilidah setiap yang mengunjungi
warungnya. Lama-kelamaan, rawon buatan Karyoredjo ini semakin dikenal. Berawal
dari mulut ke mulut, kelezatan rawon tersebut akhirnya mencapai lintas luar batas
daerahnya. Pengunjung pun kian hari kian bertambah ramai.
Akhirnya,
warung makan Lumayan tersebut berkembang pesat, dan sekarang memiliki bangunan
yang besar serta megah. Nama warungnya pun berganti menjadi Rumah Makan Rawon
Nguling. Hal ini didasarkan pada menu unggulan dari rumah makan ini yaitu
rawon. Rawon adalah makanan berbahan dasar daging dengan kuah berwarna hitam. Menghidangkannya,
dicampur nasi dan irisan daging sapi dengan sambel terasi dan tauge pendek
sebagai perlengkapannya. Kehitaman rawon ini diperoleh dari bumbu utamanya,
yaitu kluwek. Bumbu kuahnya sangat khas Indonesia, yaitu campuran bawang merah,
bawang putih, lengkuas, ketumbar, serai, kunyit, cabe, kluwek, garam dan minyak
nabati. Semua bahan ini dihaluskan, lalu ditumis sampai harum. Campuran bumbu
ini kemudian dimasukkan dalam kaldu rebusan daging bersama-sama dengan daging.
Resep Rawon Nguling hasil racikan Karyodirejo bersama istrinya ini, telah diwariskan tiga generasi. Kekhasan rawonnya ini adalah irisan dagingnya lebih besar dibandingkan dengan ukuran irisan rawon di tempat lain. Namun, tetap terasa empuk. Selain itu, cita rasa Rawon Nguling terasa enak karena takaran bumbu dan cara mengolah bahan-bahannya terasa pas. Karyodirejo bersama istrinya, telah berhasil memformulasikan 14 bahan bumbunya, termasuk aneka jenis rimpang, secara tepat. Sehingga, menghasilkan kuah rawon yang lebih kental tetapi tetap segar. Rawon Nguling memang rawon dengan rasa yang luar biasa dengan berbagai pilihan, antara lain raon iga sapi, rawon buntut, rawon paru, rawon lidah, rawon limpa, dan sebagainya.
Saking legendarisnya rasa Rawon Nguling
ini, maka tak heran bila tercatat Basuki Abdullah dan Maestro Affandi pernah
bersantap di sini. Kemudian Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono juga
pernah mencicipi rawon di rumah makan ini. Foto-foto Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang pernah makan di tempat ini, sekarang menjadi pajangan utama yang
ada di tembok rumah makan ini. Prestasi yang diraih oleh Rumah Makan Rawon
Nguling ini mampu mewaralabakan menunya ke beberapa daerah, yaitu antara lain
Jakarta, Tangerang, Surabaya, Malang, dan Pasuruan.
Di
rumah makan ini, selain menu utama rawon juga menyediakan menu spesial lainnya,
seperti ayam penyet komplit, buntut penyet, iga penyet, empal, gule kambing,
nasi lodeh, nasi sop, nasik kare ayam kampung, nasi semur daging, nasi sayur
asem, tahu tek-tek Surabaya, perkedel, telor asin hingga kerupuk udang.
Setelah
selesai makam malam sambil beristirahat sejenak, perjalanan pun dilanjutkan ke
Situbondo. Dari perjalanan ini, bersyukurlah saya yang diajak bersantap malam
di sini. Hilang laparnya, dapat sejarahnya! *** [100815]
mantab jiwa gan
BalasHapusPengalaman ditraktir makan malam berbuah tulisan ... mbak. Terima kasih telah berkenan membaca blog kekunaan. Salam.
BalasHapus