Tugu Pemandengan Dalem, atau ada juga yang menyebutnya dengan Tugu Tiang Lampu Gladak, merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di Surakarta (Kota Solo). Tugu ini terletak di Jalan Jend. Sudirman, Kelurahan Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi tugu ini berada di pertemuan antara Jalan Jend. Sudirman, Jalan Urip Sumoharjo, dan Jalan Arifin, atau tepat berada di depan Balai Kota Surakarta.
Nama tugu ini berasal dari gabungan dua kata yang berasal dari bahasa Jawa, yaitu pemandengan dan dalem. Pemandengan berasal dari kata dasar mandeng yang artinya melihat dengan sungguh-sungguh. Setelah digabung dengan awalan pe- dan akhiran -an menjadi pemandengan, yang maknanya adalah tempat untuk menatap dengan sungguh-sungguh. Sedangkan, dalem itu merupakan bagian dari sebutan gelar Raja Kasunanan Surakarta, yaitu Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS).
Dulu, tugu ini berfungsi sebagai titik fokus pandangan Raja Kasunanan Surakarta ketika beliau lenggah sinewaka (duduk ketika para kawula menghadap raja) di Sasana Sumewa yang berada di pagelaran kraton. Konon tugu ini menjadi sarana memfokuskan pandangan terutama bagian puncaknya sebagai salah satu sarana meditasi guna menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi rakyat atau kawula pada zamannya.
Tugu Pemandengan Dalem berbentuk segi empat mengerucut ke atas dengan empat lentera ke segala arah, dan tingginya sekitar tiga meter. Diperkirakan tugu ini sudah ada sejak berdirinya Kraton Kasunanan Surakarta sebagai konsep berdirnya khuta raja. Dalam pembangunan kraton, konsep dasar yang diusung adalah praja-kejawen yang melahirkan situs kapujanggan poros sakral Kraton-Tugu Pemandengan Dalem.
Seperti keberadaan Tugu Pal Putih di Yogyakarta, Tugu Pemandengan Dalem menjadi titik kosmologi budaya Jawa yang mengandung filosofi paraning dumadi (tujuan hidup). Dari tata letaknya bisa terlihat, ada Pasar Gedhe Hardjonagoro di sebelah timur sebagai simbol sifat duniawi yang berkaitan dengan hal ekonomis. Masjid Agung di sebelah barat sebagai simbol religus yang mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, dan Tugu Pemandengan Dalem sebagai simbol visi raja yang luas.
Kini, seiring penataan koridor Jenderal Sudirman, bagian jalan dirubah dari aspal dengan batu granit agar supaya kesan kota tua melekat pada koridor tersebut, dan keberadaan Tugu Pemandengan Dalem akan menjadi ikon baru di tengah koridor yang menjadi arena pertunjukan seni budaya, di samping menjadi penanda titik nol kilometer Kota Solo. *** [180419]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar