Stasiun Kereta Api Sukosari (SKS) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Sukosari, merupakan salah satu stasiun kereta api halte (kecil) yang berada di bawah manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 9 Jember dengan ketinggian +321 m di atas permukaan laut. Stasiun ini terletak di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah selatan Toko Serba Murah Maju Jaya, atau Ahli Gigi Maju Jaya.
Menurut catatan sejarah yang ada, stasiun ini didirikan pada tahun 1901 selang 4 tahun jalur rel kereta api Kalisat-Situbondo-Panarukan diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1897. Jalur tersebut merupakan bagian dari proyek jalur kereta api untuk jalur timur yang kelas 2 (Oosterlijnen-2), yang dikerjakan oleh perusahaah kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1897.
Foto: Stasiun Sukosari (Rossi) |
SS sendiri terbagi dalam beberapa wilayah operasional. SS Oosterlijnen mendominasi area jalur kereta api di Jawa Timur (terutama wilayah selatan dan timur) dan sedikit di wilayah timur Jawa Tengah. Termasuk jalur SS yang menyatu dengan jalur NIS di lintas Yogyakarta-Solo, yang berlanjut dari Solo ke Madiun.
Bangunan Stasiun Sukosari ini cukuplah sederhana dan kecil. Bangunan yang sebelah utara berdinding kayu, dan yang bagian selatan berdinding tembok plester. Memang sejak dididirikan, bangunan ini merupakan sebuah halte pemberhentian kereta api, atau lebih dari stasiun kelas III/kecil.
Yang menarik untuk digali lebih lanjut adalah perihal halte ini dibangun setelah 4 tahun jalur kereta Kalisat-Situbondo-Panarukan dibuka untuk umum. Umumnya halte maupun stasiun itu dibangun bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api. Biasanya hal ini bisa terjadi bilamana di daerah tersebut memiliki keuunggulan tersendiri, seperti kepadatan penduduknya, dekat dengan lokasi pabrik gula maupun di daerah tersebut mempunyai komoditas pertanian unggulan yang bisa diangkut ke Pelabuhan Penarukan kala itu.
Foto: Emplasemen Stasiun Sukosari (Rossi) |
Dulu, halte ini tergolong ramai bagi penumpang yang ingin bepergian ke Jember-Panarukan pulang pergi (pp). Namun, halte yang memiliki satu jalur ini kemudian dinonaktifkan pada tahun 2004 seiring meredupnya kereta api yang konon diperkirakan kalah bersaing dengan angkutan pribadi maupun angkutan umum lainnya. Semula, dari halte tersebut, arah rel yang menuju ke selatan adalah menuju ke Stasiun Ajung (sekarang sudah rata dengan tanah), dan yang mengarah ke utara menuju ke Stasiun Sukowono.
Bekas bangunan halte tersebut masih terlihat utuh. Fasadnya juga masih kelihatan, akan tetapi terlihat kurang terawat dengan baik. Kotor dan kumuh.
Terbersit kabar, halte ini akan dihidupkan kembali seiring dengan akan diaktifkan lagi jalur rel Kalisat-Situbondo-Panarukan. Geliat itu muncul karena aktivitas di Panarukan berdenyut kembali pada tahun 2010. PT Samudera Inti Perkasa, perusahaan penyuplai batu bara PT Semen Puger Jember, memelopori lagi bongkar muat di sana. Selama tiga hari, 260 dump truck mengangkut batu bara menuju Jember. Kondisi inilah yang menjadi alasan untuk mengaktifkan kembali kereta api di jalur tersebut. Kalau ada kereta diperkirakan hanya perlu satu kali pengiriman. *** [021219]
Kepustakaan:
Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken
Prayogo, Yoga Bagus., dkk. (2017). Kereta Api di Indonesia: Sejarah Lokomotif Uap. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
http://wikimapia.org/21277856/id/Stasiun-Sukosari
https://majalah.tempo.co/read/140989/napas-baru-spoorwegen-kalisat-panarukan?hidden=login
Tidak ada komentar:
Posting Komentar