The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Tamanan

Stasiun Kereta Api Tamanan (TMN) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Tamanan, merupakan salah satu stasiun kereta api kelas III/kecil yang berada di bawah manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 9 Jember dengan ketinggian +345 m di atas permukaan laut. Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun Tamanan, Desa Tamanan Timur, Kecamatan Tamanan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di dekat Pasar Hewan Tamanan.

Stasiun Tamanan (Foto: Fachul Rozi)

Bangunan stasiun ini merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda, yang didirikan bersamaan dengan pengerjaan jalur rel kereta api Kalisat-Situbondo-Panarukan. Jalur tersebut dibuka untuk umum pada tanggal 1 Oktober 1897. Pembangunannya dilakukan oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS), sebagai bagian dari proyek jalur kereta api untuk jalur timur yang kelas 2 (Oosterlijnen-2).

Stasiun Tamanan (Foto: Fachrul Rozi)

Sama dengan Stasiun Sukowono, pembangunan Stasiun Tamanan ini dilatarbelakangi oleh kepentingan ekonomi. Daerah Tamanan merupakan salah satu daerah penghasil tembakau dan kopi di wilayah Bondowoso ketika itu masih berada di bawah Karesidenan Besuki. Produksi tembakau dan kopi akan diangkut melalui kereta api menuju ke Pelabuhan Penarukan, yang selanjutnya akan dikapalkan menuju ke Belanda maupun Negara Eropa lainnya.

Emplasemen Stasiun Tamanan (Foto: Fachrul Rozi)

Stasiun Tamanan dinonaktifkan pada tahun 2004 seiring meredupnya kereta api yang konon diperkirakan kalah bersaing dengan angkutan pribadi maupun angkutan umum lainnya. Hal ini juga terjadi pada sejumlah stasiun yang berada pada jalur rel Kalisat-Situbondo-Panarukan, yaitu sebuah jalur rel kereta api yang terealisir atas inisiatif dari George Bernie, pemilik Naamloze Vennootschap Landbouw Maatschappij Oud Djember (NV LMOD).
Mangkraknya bangunan stasiun yang berlarut-larut tersebut menyebabkan kerusakan terhadap bangunan stasiun tersebut. Bangunan stasiun terlihat kusam, plester dinding mulai terkelupas, dan sebagian lokasinya sering dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah bagi pedagang pasar yang ada tak jauh dari stasiun ini.
Dari lokasi emplasemennya diketahui bahwa stasiun ini memiliki dua jalur rel dengan jalur 2 sebagai sepur lurus. Arah utara menuju ke Stasiun Grujugan dan arah selatan mengarah ke Stasiun Sukowono.
Sungguh sangat disayangkan keberadaan stasiun yang lokasinya berada di paling selatan Kabupaten Bondowoso ini. Mangkrak tanpa terawat dengan baik. Bangunannya seakan dibiarkan digerogoti dengan kelapukan. *** [270320]

Kepustakaan:
Aprianto, T.C. (2011). Dekolonisasi Perkebunan Di Jember, Tahun 1930an-1960an. Thesis. FIB UI.
Izzah, Latifatul. (2016). Dataran Tinggi Ijen: Potongan Tanah Surga Java Coffee. Yogyakarta: Jogja Bangkit Pusblisher
Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami