The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Garut

Stasiun Kereta Api Garut (GRT) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Garut, merupakan salah satu stasiun kereta api kelas II yang berada di bawah manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung yang berada pada ketinggian +717 m di atas permukaan laut. Stasiun ini terletak di Jalan Bank No. 1, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Gaut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur laut Gereja Katolik Santa Maria Garut ± 100 m.
Pembangunan stasiun ini tidak terlepas dengan adanya pembangunan jalur rel kereta api Cibatu-Garut-Cikajang yang dikerjakan oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS), dari tahun 1888 sampai dengan tahun 1889, sebagai bagian dari proyek jalur kereta api untuk jalur bagian barat (Westerlijnen).

Fasad Stasiun Garut (Foto: Mugi Gumanti)

Jalur Cibatu-Garut-Cikajang sebenarnya tidaklah terlalu jauh untuk ukuran jalur kereta api, hanya sekitar 50 kilometer saja. Akan tetapi, mengingat medan geoografisnya yang berbukit, pembangunannya pun dilakukan dengan cara bertahap dan sambung-menyambung dengan proyek jalur rel sebelumnya.
Pelaksanaan proyek pembangunan dibagi ke dalam dua seksi, yaitu seksi 1 dari Cicalengka ke Leles dan seksi 2 dari Leles menuju Garut. Kantor kepala pembukaan jalur Cicalengka-Garut berada di Bandung. Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala kantor seksi. Kepala kantor seksi 2 berada di Bandung, sedangkan kepala seksi 2 berada di Garut.

Stasiun Garut dari sebelah utara (Foto: Mugi Gumanti)

Jalur Cibatu-Garut ini terbilang ‘spesial’ dalam proyek proyek pembangunan jalur bagian barat (Westerlijnen) yang digagas oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kendati jalur Cibatu-Garut hanya merupakan jalur Westerlijnen-2 namun pengerjaannya didahulukan ketimbang perpanjanganya dalam proyek pembangunan jalur Cibatu-Tasikmalaya-Banjar-Maos yang merupakan proyek jalur bagian barat utama (Westerlijnen-1). Hal ini mengingat potensi wilayah Garut yang dimilikinya, selain mempunyai panorama yang terkenal indahnya juga tanahnya memiliki kesuburan untuk penanaman teh dan kina yang kala itu merupakan komoditas primadona bagi pengusaha-pengusaha Belanda.
Alamnya yang mempesona dengan udaranya yang sejuk, Garut menjadi tempat plesiran yang favorit bagi orang-orang Belanda yang berada di Bumi Priangan pada waktu itu. Bahkan komedian kenamaan Charlie Chaplin (nama lengkapnya Sir Charles Spencer Chaplin) membuktikan keelokan Garut dengan mengunjunginya pada tahun 1927 dan 1935. Chaplin menggunakan moda angkutan kereta api ketika menuju ke Garut.

Stasiun Garut dari sebelah timur (Foto: Mugi Gumati)

Jalur Cibatu-Garut dibuka untuk umum pada 14 Agustus 1889 bersamaan dengan jalur Cicalengka-Cibatu. Penggunaan jalur itu diresmikan dalam sebuah upacara yang megah oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Peresmian itu sekaligus menandai peresmian Stasiun Cicalengka, Stasiun Cibatu, dan Stasiun Garut secara bersamaan.
Pada waktu terjadi Agresi Belanda I, Stasiun Garut mengalami nasib nahas karena terkena serangan Belanda sehingga membuat infrastuktur jalur maupun bangunannya rusak berat. Setelah suasana perang kemerdekaan berakhir, bangunan stasiun yang dibuat oleh Staatsspoorwegen yang telah porak poranda, direnovasi dengan membangun bangunan yang baru.
Stasiun itu aktif sampai dengan akhirnya ditutup pada tahun 1983. Hal ini disebabkan oleh semakin uzurnya sarana perkeretaapian yang ada, dan kemudian kalah bersaing dengan moda angkutan darat lainnya, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
Stasiun Garut memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 1 sebagai sepur lurus. Arah barat ke selatan menuju Stasiun Kamojan, dan arah timur ke utara menuju ke Stasiun Wanareja. Sedangkan, jalur 2 untuk persilangan maupun persusulan antarkereta, dan jalur 3 digunakan untuk parkir gerbong.
Stasiun Garut sudah cukup lama tidak aktif. Ketika mangkrak, bangunan stasiun ini digunakan untuk sekretariat Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila, dan emplasemennya dipakai untuk pasar. Kini, stasiun ini telah diaktifkan kembali (reaktivasi) dalam era kepemimpinan Presiden Ir. H. Joko Widodo. Tujuannya untuk membuat denyut ekonomi daerah Garut dan sekitarnya menjadi berkembang, baik pariwisatanya maupun komomoditas ekonomi lainnya. *** [260320]

Kepustakaan:
Mulyana, Agus. (2017). Sejarah Kereta Api di Priangan. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken
https://money.kompas.com/read/2020/02/22/190138326/ridwan-kamil-pamer-ka-masuk-stasiun-garut-jonan-beri-tiga-jempol
http://www.studiegroep-zwp.nl/halten/Halte-13-Trajecten1.htm
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami