Museum
Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan museum milik Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Sulawesi Tenggara yang diharapkan menjadi lembaga penelitian, studi dan tempat
pelestarian benda-benda warisan budaya bangsa serta sebagai pusat informasi
yang bersifat edukatif kultural .
Museum
ini terletak di Jalan Abunawas No. 191 Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, Kota
Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi museum ini berada di tengah kota
dan berdekatan dengan Menara MTQ, sehingga masyarakat dapat dengan mudah
berkunjung ke museum walaupun menggunakan transportasi umum.
Pembangunan
Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggar berawal dengan adanya proyek nasional.
Proyek tersebut mencanangkan pembangunan museum di seluruh Indonesia.
Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Permuseuman, melaksanakan
pembangunan museum secara bertahap melalui program Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita). Pada 1978/1979 dialokasikan anggaran untuk mendirikan museum
tersebut. Kemudian mulai dibangun secara bertahap sejak tahun 1981.
Setelah
beberapa gedung museum selesai, maka Museum Provinsi Sulawesi Tenggara
diresmikan pada tanggal 9 Januari 1991 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 001/0/1991. Dalam SK tersebut menyatakan bahwa
museum sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan. Meski museum telah diresmikan pada tahun 1991, akan tetapi pembangunan
fisik museum masih terus dilakukan hingga tahun 1994. Gedung yang dibangun pada
saat itu adalah gedung pameran tetap seluas 900 m² melalui anggaran kegiatan
tahun 1994/1995.
Lalu, seterusnya hingga sekarang, museum yang berdiri di atas lahan seluas 1,85 hektar dengan luas bangunan 3.170 m² ini memiliki gedung pameran tetap, gedung pameran temporer, laboratorium, gedung administrasi, tempat koleksi rumah perahu suku Bajo, tempat koleksi mobil, tempat koleksi ikan paus, gedung kuratorial, tempat penampungan air, gedung penyimpanan koleksi (storage), dan koleksi rumah adat suku Tolaki, toilet serta taman yang luas.
Gedung
pameran tetap berada di bagian sudut kiri arah selatan. Gedung tersebut
memiliki luas bangunan 900 m². Bentuk bangunan pameran tetap menggunakan
arsitektur tradisional yang dikombinasikan dengan arsitektur modern. Arsitektur
tradisional mengacu pada salah satu rumah ada Sulawesi Tenggara, yaitu rumah
adat suku Buton (Kamali/Malige).
Dari
informasi yang diperoleh dari petugas museum, diperkirakan jumlah koleksi yang
ada di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara lebih dari 800-an koleksi,
tidak termasuk koleksi rumah adat Tolaki, tempat penyimpanan kerangka ikan
paus, tempat penyimpanan mobil kuno dan tempat penyimpanan rumah suku Bajo.
Koleksi
Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara dipamerkan dalam gedung yang terdiri
atas dua lantai. Lantai satu terdiri atas ruang pamer koleksi geologi, biologi
dan teknologi.
Untuk
lantai dua terdapat ruang penyajian informasi koleksi etnografi, arkeologi,
histori, numismatik, filologi, keramik, dan kesenian.
Koleksi Geologi
Koleksi
geologi yang dipamerkan meliputi jenis-jenis batu alam yang ada di Sulawesi
Tenggara, seperti batu silica, marmer, batu gabro dan batu onix, maket PT.
Aneka Tambang dan hasil tambang yang ada di Pomalaa seperti batu nikel, pellet,
elektroda pasta, fero silicon, batu bara, fero nikel skot (butiran) dan fero
nikel ingot (batangan).
Selain
itu, ada juga koleksi berupa bahan baku aspal, pasir yang mengandung aspal
seperti butimen, aspal mikro, modifair dan lasbutak yang berasal dari Buton.
Koleksi Biologi
Pada
koleksi biologi ini disajikan hewan yang hidup di laut seperti sepalopoda,
tiram mutiara dan keong paya. Kemudian ada koleksi kalajengking dan tripang,
kepiting, rajungan, udang kipas, kura-kura dan penyu yang telah diawetkan.
Selain,
ada juga koleksi kupu-kupu yang beraneka warna, burung alap-alap dan burung
rangkong yang didesain bertengger di dahan, koleksi biawak, anoa dan rusa.
Semua
koleksi yang disajikan merupakan kekayaan biota yang langka dan menjadi
kekhasan Sulawesi Tenggara.
Koleksi Teknologi
Pada
ruang koleksi teknologi ini disajikan berbagai koleksi bidang ilmu pengetahuan,
alat transportasi laut seperti perahu bercadik yang digunakan untuk menangkap
ikan, bagang terapung, alat angkut (kalabandi)
untuk hasil pertanian, mesin telegraf, teodolit, alat pencetak Koran dan alat industri
rumah tangga berupa alat mengolah sagu, mengolah padi, alat pengolahan minyak
kelapa dan peralatan yang terbuat dari besi.
Cara
penyajian informasi koleksi teknologi disajikan dalam vitrin, ada juga koleksi
yang dipamerkan dengan latar menggunakan gambar-gambar untuk menunjang kondisi
koleksi yang ada.
Koleksi Etnografi
Di
ruang koleksi etnografi dipamerkan koleksi kalosara,
alat penginangan, baju adat penganting suku Tolaki, kain serta alat tenun suku
Buton, alat dapur tradisional, alat rumah tangga dari bahan kuningan dan dari
bahan anyaman, alat berburu, serta koleksi alat pertanian.
Koleksi Arkeologi
Pada
ruang koleksi arkeologi disajikan koleksi prasejarah seperti replika manusia
purba beserta alat yang digunakan oleh manusia purba tersebut dalam kegiatan
sehari-hari.
Di
sini juga terdapat wadah kubur prasejarah yang ditemukan di gua Tanggalasi
Pakue, Kabupaten Kolaka Utara.
Koleksi Histori
Di
ruang histori ini, bisa dilihat alat yang digunakan masyarakat Sulawesi
Tenggara dalam sejarah perjuangannya melawan penajajah. Ada taawu (parang) yang merupakan senjata
khas yang berasal dari suku Tolaki, pinai
(parang) dari suku Buton, leko
(keris) yang berasal dari suku Tolaki, mata tombak serta koleksi alat perang
sekitar abad ke-17/18 seperti meriam dan pelurunya.
Selain
itu, ada juga koleksi kebesaran Kerajaan Buton yang digunakan oleh raja seperti
tombak dan pedang serta koleksi foto raja Buton.
Koleksi Numismatik
Di
ruang koleksi numismatik bisa ditemukan koleksi mata uang kampua yang berjumlah tiga buah. Kampua adalah mata uang Kerajaan Buton yang terbuat dari kain tenun
dalam berbagai ukuran dan motif.
Selain
itu, ada juga koleksi mata uang Kerajaan Gowa, mata uang Kerajaan Majapahit,
mata uang Belanda (gulden) dari bahan
logam dalam berbagai nominal dan mata uang dengan seri Ratu Wilhelmina, uang
kertas dari Jepang seri wayang tahun 1934-1939 dan seri Nica tahun 1946-1949.
Koleksi Filologi
Pada
ruang koleksi filologi dipamerkan Al-Qur’an dalam tulisan tangan yang ditulis
pada bahan kertas daluang, tasbih dari kayu, tongkat khotib, naskah Amarana yang dijadikan sebagai bahan
khutbah Jumat yang digulung dan dimasukkan dalam bambu.
Selain
itu, ada pula naskah lontara yang beraksara Bugis. Naskah ini ditulis berbahan
kayu (bilangari) dan dipercaya oleh
masyarakat untuk melihat hari-hari baik, misalnya untuk menentukan hari yang
tepat untuk bepergian, bercocok tanam, berburu, menikah dan membangun rumah.
Koleksi Keramik
Di
ruang koleksi keramik dipamerkan sejumlah keramik peninggalan dinasti Ming dan
dinasti Ching. Keramik tersebut terbuat dari bahan porselen dan batuan.
Bentuk
keramik yang dipamerkan, antara lain guci, tempayan, mangkuk pleret, jambangan,
dan kendi.
Koleksi Kesenian
Koleksi
yang dipamerkan di ruang koleksi kesenian ini merupakan alat kesenian, seperti
alat music tiup (ore-ore mbondu). Ore-ore mbondu adalah alat musik yang
terbuat dari tembaga atau tulang yang telah dilubangi, kemudian diberi tali.
Alat music tersebut digunakan oleh muda-mudi saat panen.
Selain
itu, ada kanda-kanda wuta, baasi, gendang (dimba), gong dan rebana. Kanda-kanda
wuta adalah sebuah alat musik pukul yang digunakan untuk mengiringi tarian lulo. Lulo adalah tarian suku Tolaki yang dimainkan saat pesta.
Sedangkan, baasi adalah alat musik
yang terbuat dari bambu yang ditiup. ***
[081014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar