Selesai
mengekplorasi bekas kandang kuda Kepatihan, peserta rombongan Gelar Potensi
Wisata Kampung Kota beranjak menuju ke sebuah bangunan lawas yang merupakan cikal bakal Museum Radyapustaka, yang dulunya
bernama Panti Wibowo. Bangunan Panti Wibowo ini terletak di Jalan Kepatihan
Wetan No. 7 Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta,
Provinsi Jawa Tengah. Lokasi bangunan Panti Wibowo ini berada di sebelah timur
Kantor Kejaksaan Surakarta.
Cikal
bakal Museum Radyapustaka di Kepatihan didirikan pada 28 Oktober 1890,
terutama menyimpan benda-benda dan naskah-naskah kuno dari daerah Kasunanan
Surakarta. Pendirinya adalah seorang bumiputra
sejati, Kanjeng Raden Adipati (KRA) Sosrodiningrat IV yang menjabat patih pada
pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono IX.
Peristiwa ini menjadi catatan penting karena seorang bumiputra pertama dan seorang pejabat pemerintah (kerajaan) memiliki kesadaran tinggi tentang arti museum. Museum ini menyimpan berbagai koleksi Raden Tumenggung Haryo Joyohadiningrat II, sang pemrakarsa berdirinya Perkumpulan Paheman Radyapustaka.
Panti
Wibowo ini berada di salah satu ruang di kediaman KRA Sosrodiningrat IV. Konon,
kompleks Kepatihan Surakarta ini cukuplah megah. Sebagai pusat pemeritahan
Nagari Surakarta, kompleks Kepatihan tak kalah dengan Pura Mangkunegaran. Di
kompleks Kepatihan juga ada pamedan
(alun-alun kecil), kandang kuda dan kereta, masjid, pendopo, panti wibowo, dan
lain-lain.
Penempatan koleksi-koleksi tersebut di Panti Wibowo, semula menjadikan museum mini ini bersifat pribadi (privat). Kemudian atas prakarsa Sri Susuhunan Pakubuwono X, museum di Kepatihan dipindahkan ke Loji Kadipolo pada 1 Januari 1913. Gedung Loji Kadipolo yang menjadi lokasi Museum Radyapustaka sekarang ini tanahnya dibeli oleh Sri Susuhunan Pakubuwono X dari seorang Belanda, Johannes Buselaar seharga 65 ribu gulden dengan akta notaris 13/VII tahun 1877 nomor 10 tanah eigendom.
Pemindahan koleksi benda-benda dan naskah-naskah kuno ke Loji Kadipolo ini ternyata memberi berkah tersendiri bagi keselamatan koleksi-koleksi tersebut. Karena pada tahun 1946 terjadi peristiwa bumi hangus terhadap kompleks Kepatihan yang dilakukan oleh Gerakan Anti Swapraja. Mereka membakar kompleks Kepatihan yang dianggap sebagai simbol pusat pemerintahan yang feodal. Sebagian besar kompleks Kepatihan rata dengan tanah.
Hanya
beberapa bangunan yang ada di kompleks Kepatihan yang tersisa, seperti Masjid
Al Fatih, bekas kandang kuda, dan Dalem Darmonegaran. Sedangkan, pintu gerbang
Kepatihan yang menyerupai Kori Brajanala di Kraton Kasunanan Surakarta telah
berubah menjadi Kantor Kejaksaan Surakarta, lalu bekas rumah tinggal patih
menjadi bangunan baru SMKN 8 Surakarta (dulu dikenal dengan SMKI). Rumah bekas
Raden Adipati Yudonagoro sekarang menjadi TK Pamardisiwi 2. Sementara bekas
bangunan Panti Wibowo terlihat terbengkelai, dan sampingnya digunakan sebagai
Sekretariat TKPKD (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah) dan Kantor
Sekretariat Program Kota Tampa Kumuh (KOTAKU) Koordinator Kota Surakarta. *** [030917]
isi situsnya Mantap dan langka
BalasHapusIya ... Mas Jalu. Situs ini merupakan salah satu bagian dari Kompleks Kepatihan Solo yang selamat dari bumi hangus dulu
BalasHapuspernah menjadi rumah tinggalku waktu kecil, di sekitar th 1983-1985.....waktu difungsikan jadi rumdin camat jebres.
BalasHapusada 1 ruangan yg dikunci, kyknya dulunya berfungsi jd brankas
Gedung/bangunan bekas museum yg di Kepatihan apakah saat ini masih ada mas??
BalasHapus