Stasiun Kereta Api Grobogan (GBG) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Grobogan, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 9 Jember yang berada pada ketinggian + 98 m di atas permukaan laut, dan merupakan stasiun kelas III.
Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun, Dusun Krajan RT. 02 RW. 01 Desa Curahpetung, Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur Puskesmas Kedungjajang ± 100 meter, atau tepatnya berada di depan Koramil 0821/21.
Bangunan Stasiun Grobogan ini merupakan bangunan peninggalan Hindia Belanda. Pembangunan stasiun ini bersamaan dengan adanya pembangunan jalur rel kereta api dari Klakah-Lumajang-Pasirian yang dikerjakan oleh perusahaan kereta api milik pemerintah di Hindia Belanda, Staatsspoorwegen, pada tahun 1896. Stasiun ini diresmikan pada 16 Mei 1896 bersamaan dengan stasiun-stasiun lainnya yang ada di jalur rel Klakah-Lumajang-Pasirian.
Jalur tersebut dikenal dengan jalur SS-DE (Staatsspoorwegen-Dienst der Eenvoudige Lijnen), yaitu jalur yang merupakan bagian dari proyek jalur kereta api di Jawa untuk layanan jalur sederhana atau bukan jalur poros utama sepanjang 36 kilometer yang dikerjakan oleh Staatsspoorwegen. Pengerjaannya dimulai setahun setelah peresmian jalur Pasuruan-Probolinggo-Klakah.
Jalur DE ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda di suatu tempat berdasarkan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pada masa itu, di daerah sepanjang jalur tersebut dikenal memiliki perkebunan-perkebunan yang menjadi komoditas utama dalam perdagangan, seperti kopi dan tebu. Selain itu, juga ada pasir berkualitas yang diminati oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan bangunan-bangunan maupun infrastruktur lainnya.
Hingga tahun 1950-an, jalur ini masih merupakan jalur yang tergolong sibuk. Namun, setelah itu jalur ini mulai meredup, dan pada 1 Februari 1988 jalur ini dinyatakan ditutup lantaran kurang menguntungkan dari segi operasionalnya. Dulu, stasiun ini memiliki 2 jalur rel dengan jalur 2 sebagai sepur lurus di mana yang ke arah utara menuju Stasiun Klakah, dan yang ke arah selatan menuju ke Stasiun Sukodono. Sedangkan, jalur 1 digunakan sebagai persilangan bila terjadi persusulan antarkereta api di jalur tersebut.
Dampak dari tidak aktifnya jalur Klakah-Lumajang-Pasirian ini, stasiun-stasiun yang berada di sepanjang jalur tersebut pun juga tutup. Lambat laun menyebabkan kondisi bangunan stasiun-stasiun tersebut mengalami kerusakan, karena terlalu lama dalam keadaan terlantar, termasuk di antaranya adalah bangunan Stasiun Grobogan ini.
Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun, Dusun Krajan RT. 02 RW. 01 Desa Curahpetung, Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur Puskesmas Kedungjajang ± 100 meter, atau tepatnya berada di depan Koramil 0821/21.
Bangunan Stasiun Grobogan ini merupakan bangunan peninggalan Hindia Belanda. Pembangunan stasiun ini bersamaan dengan adanya pembangunan jalur rel kereta api dari Klakah-Lumajang-Pasirian yang dikerjakan oleh perusahaan kereta api milik pemerintah di Hindia Belanda, Staatsspoorwegen, pada tahun 1896. Stasiun ini diresmikan pada 16 Mei 1896 bersamaan dengan stasiun-stasiun lainnya yang ada di jalur rel Klakah-Lumajang-Pasirian.
Jalur tersebut dikenal dengan jalur SS-DE (Staatsspoorwegen-Dienst der Eenvoudige Lijnen), yaitu jalur yang merupakan bagian dari proyek jalur kereta api di Jawa untuk layanan jalur sederhana atau bukan jalur poros utama sepanjang 36 kilometer yang dikerjakan oleh Staatsspoorwegen. Pengerjaannya dimulai setahun setelah peresmian jalur Pasuruan-Probolinggo-Klakah.
Jalur DE ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda di suatu tempat berdasarkan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pada masa itu, di daerah sepanjang jalur tersebut dikenal memiliki perkebunan-perkebunan yang menjadi komoditas utama dalam perdagangan, seperti kopi dan tebu. Selain itu, juga ada pasir berkualitas yang diminati oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan bangunan-bangunan maupun infrastruktur lainnya.
Hingga tahun 1950-an, jalur ini masih merupakan jalur yang tergolong sibuk. Namun, setelah itu jalur ini mulai meredup, dan pada 1 Februari 1988 jalur ini dinyatakan ditutup lantaran kurang menguntungkan dari segi operasionalnya. Dulu, stasiun ini memiliki 2 jalur rel dengan jalur 2 sebagai sepur lurus di mana yang ke arah utara menuju Stasiun Klakah, dan yang ke arah selatan menuju ke Stasiun Sukodono. Sedangkan, jalur 1 digunakan sebagai persilangan bila terjadi persusulan antarkereta api di jalur tersebut.
Dampak dari tidak aktifnya jalur Klakah-Lumajang-Pasirian ini, stasiun-stasiun yang berada di sepanjang jalur tersebut pun juga tutup. Lambat laun menyebabkan kondisi bangunan stasiun-stasiun tersebut mengalami kerusakan, karena terlalu lama dalam keadaan terlantar, termasuk di antaranya adalah bangunan Stasiun Grobogan ini.
Kini bangunan stasiun tersebut menjadi kumuh karena digunakan sebagai tempat menyimpan kayu bakar oleh orang sekitar. Banyak relnya yang telah hilang kendati emplasemennya masih terlihat struktur pondasinya, namun suasananya sudah seperti pekarangan rumah (kebon). *** [310718]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar