Setelah mendapat penjelasan dari salah seorang petugas Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah perihal koleksi yang ada di dalam musem, saya pun kemudian diajak melihat bangunan lawas lainnya yang berada di sekitar museum tersebut. Salah satu bangunan lawas yang kita kunjungi adalah GPIB Bethel Tanjungpinang.
Gereja ini terletak di Jalan Gereja No. 1 Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi gereja ini berada di sebelah selatan Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamasyah ± 50 m, atau sebelah utara SD-SMP Bintan.
Foto: GPIB Bethel Tanjungpinang tampak depan |
Kehadiran gereja ini tidak terlepas dari hadirnya orang Belanda di Tanjungpinang. Gereja ini didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan akan tempat ibadah orang-orang Belanda maupun Eropa lainnya yang menganut agama Kristen Protestan di sana. Dibangun pada tahun 1883, dan diresmikan penggunaannya dengan nama “De Nederlandse Hervormde Kerk te Tanjoengpinang” (Gereja Protestan Belanda di Tanjungpinang).
Dari catatan yang terbit dengan judul “Berichten omtrent Indie, gedurende een tienjarig verblijf aldaar” (Laporang tentang Hindia, selama sepuluh tahun tinggal di sana) diperoleh informasi bahwa bangunan gereja dalam bentuk yang sangat sederhana sudah ada sejak 14 Februari 1835. Tulisan tersebut diterbitkan oleh Ballot Publishers di Kota Deventer pada tahun 1846. Pendeta Eberhardt Herman Rottger adalah tokoh penting yang terlibat dalam pembangunan gereja ini. Ia bertugas sebagai zending di Riouw, Tanjungpinang dari 1833 hingga 1842.
Foto: GPIB Bethel Tanjungpinang tampak samping |
Bangunan gereja ini telah beberapa kali mengalami perubahan. Hal ini dimungkinan karena semakin hari semakin berkembang para jemaat yang melakukan peribadatan di gereja ini. Mendapat sebutan Gereja Ayam karena di bagian puncak bangunan ini terdapat hiasan berupa gambaran seekor ayam jago, dan pada bagian puncak atap terdapat bangunan untuk meletakkan lonceng. Kemungkinan dibuat saat dilakukan renovasi antara tahun 1920 hingga 1930an. Bentuk ayam jago terbuat dari besi pipih yang berfungsi sebagai penunjuk arah angin, yang dapat bergerak 180 derajat sesuai dengan arah angin.
Bangunan gereja ini memiliki luas bangunan 171 m² yang berdiri di atas lahan seluas 1980 m². Dilihat dari bagian muka bangunan (fasade), bagunan gereja ini mempunyai gable yang di kanan-kirinya membentuk 6 undakan, dan sebagai puncak dari undakan pada gable itu menyatu dengan menara gereja.
Foto: De Nederlandse Hervormde Kerk te Tanjoengpinang tahun 1928 (sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl) |
Pintu menjorok ke depan (porch) dengan pilaser pada bagian sudut, dan bentuk pintu melengkung. Selain pintu pada bagian muka gereja terdapat dua buah jendela yang mengapit pintu, jendela juga ditemukan pada sisi utara dan selatan bangunan gereja, masing-masing dua buah.
Konon, dalam pembangunan gereja ini Yang Dipertuan Muda (YDM) VII Kesultanan Riau-Lingga, Raja Abdurrahman, turut membantu pembangunan tempat ibadah umat Kristiani ini dengan menyumbangkan bahan-bahan material. Bantuan serupa juga disalurkan oleh Kapitan China yang menjabat di sana kala itu.
Dalam perkembangannya gereja ini menjadi Gereja Protestan Indonesia bagian barat (GPIB) setelah ditetapkan dan diakui berdasarkan Staatsblad Indonesia tahu 1948 No. 305. GPIB merupakan bagian dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI) yang pada masa Hindia Belanda bernama De Protestantse Kerk In Westelijk Indonesie, dan sesuai dengan amanat yang diputuskan melalui Surat Keputusan Wakil Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia No. 2 tanggal 1 Desember 1948, gereja Protestan yang ada di Tanjungpinang itu ditetapkan dengan nama GPIB Jemaat “Bethel” Tanjungpinang. *** [210918]
Kepustakaan:
http://batamax.com/the-inter-faith-harmony-in-tanjungpinang-city-of-bintan-island/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/wp-content/uploads/sites/28/2018/08/Cagar-Budaya-Kota-Tanjung-Pinang.pdf
https://www.academia.edu/25342542/GPIB_BETHEL_KOTA_TANJUNGPINANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar