The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Bonosare

Stasiun Kereta Api Bonosare (BNS) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Bonosare, merupakan salah satu stasiun kereta api kelas III/kecil yang berada di bawah manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 9 Jember dengan ketinggian +230 m di atas permukaan laut. Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun Bonosare, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur Kantor Desa Wonosari, atau sekitar 120 m dari Kantor Polsek Wonosari.

Emplasemen Stasiun Bonosare (Foto: Fachrul Rozi)

Keberadaan stasiun ini bersamaan dengan pengerjaan jalur rel kereta api Kalisat-Situbondo-Panarukan, yang diresmikan pada tanggal 1 Okotber 1897. Pengerjaan jalur rel maupun stasiun dilakukan oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS), sebagai bagian dari proyek jalur kereta api untuk jalur timur yang kelas 2 (Oosterlijnen-2).
Dilihat sepintas, bangunan Stasiun Bonosare ini mirip dengan Stasiun Tamanan. Berbentuk limasan memanjang. Tak hanya itu, kedua stasiun itu juga memiliki sisi historis yang hampir sama di jalur rel Kalisat-Situbondo-Panarukan.

Stasiun Bonosare (Foto: Fachrul Rozi)

Penamaan nama stasiun terlihat sedikit berbeda dengan stasiun-stasiun lainnya yang satu jalur dengannya. Akan tetapi sesungguhnya bernama yang sama dengan wilayah di mana stasiun tersebut berdiri. Nama Bonosare diambil nama Desa Wonosari tetapi ditulis dalam dialek Madura, karena Kecamatan Wonosari ini kebanyakan dihuni oleh orang-orang Madura.
Stasiun Bonosare ini dulu digunakan untuk mengangkut komoditas hasil pertanian maupun perkebunan yang ada di Kecamatan Wonosari dan sekitarnya. Bahkan pada masa pendudukan Jepang, stasiun ini dipakai untuk mengirim beras sebagai salah satu kebutuhan logistik perangnya. Kurasawa-Inomata Aiko (1996: 651) memperlihatkan permintaan dan pengiriman beras dari Stasiun Bonosare pada April-Oktober 1944 dengan tingkat pengiriman (deliveries rate) 74,2%.

Jalur rel dekat Stasiun Bonosare (Foto: Fachrul Rozi)

Dilihat dari lokasi emplasemen stasiunnya yang tak beratap, diketahui bahwa stasiun ini memiliki dua jalur rel dengan jalur 2 sebagai sepur lurus. Arah utara menuju ke Stasiun Tapen dan arah selatan menuju ke Stasiun Tangsil.
Pada tahun 2004, Stasiun Bonosare sudah tidak digunakan lagi karena penonaktifan. Hal ini disebabkan oleh semakin uzur atau usangnya peralatan perkeretapian yang terdapat di stasiun maupun jalur tersebut, sehingga dalam kesehariannya kalah bersaing dengan moda transportasi darat lainnya pada waktu itu.
Mangkraknya stasiun ini menyebabkan bangunan stasiun peninggalan kolonial Belanda ini tidak terawat dengan baik. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah terhadap stasiun yang menjadi aset PT KAI (Persero) dengan nomor registrasi 069/09.68282/BNS/BD ini. Bukan hanya itu saja, terlihat beberapa jalur ada yang berubah menjadi garasi truk atau menjadi halaman rumah warga. *** [270320]

Kepustakaan:
AIKO, K. (1996). Rice shortage and transportation. Bijdragen Tot De Taal-, Land- En Volkenkunde, 152(4), 633-655. Retrieved March 31, 2020, from www.jstor.org/stable/27864799
Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken
https://gramho.com/explore-hashtag/Jalurmati
http://www.studiegroep-zwp.nl/halten/Halte-13-Trajecten2.htm

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami