Sehabis
shalat Dhuhur di Masjid Istiqal, penulis mencoba menyusuri Jalan Perwira menuju
Jalan Medan Merdeka Timur. Di situ terlihat bangunan lawas bermenara dengan dominasi warna putih. Bangunan lawas tersebut jelas mudah dikenali
karena di atas menaranya terpasang logo dan tulisan Pertamina. Bangunan
tersebut adalah Gedung Pertamina.
Gedung
ini terletak di Jalan Perwira No. 2-4 Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir, Kota
Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi gedung ini berada di barat daya
Masjid Istiqlal.
Menurut
catatan sejarah yang ada, pada tahun 1907 Shell
dan KoninklijkeNederlandsche Petroleum
Maatschappij membentuk perusahaan patungan yang diberi nama N.V. Bataafsche Petroleum Maatschappij
(BPM) atau Perusahaan Perminyakan Batavia, setelah kedua perusahaan minyak
tersebut terlibat persaingat sengit dalam mendapatkan konsensi ladang minyak di
Hindia Belanda.
BPM merupakan perusahaan pengolahan perminyakan yang memiliki modal 80 juta gulden termasuk kilang dan pabrik penyulingan. Kemudian BPM berhasil menguasai seluruh produksi dan ekspor perminyakan di Hindia Belanda yang mengukuhkan monopolinya pada tahun 1911 dengan mengambil alih Dordtsche Petroleum. BPM adalah satu-satunya perusahaan perminyakan yang beroperasi di Hindia Belanda yang memiliki 44 konsensi, yaitu 19 di Sumatera, 18 di Jawa, dan 7 di Kalimantan. Keseluruhan produksinya pada tahun 1911 adalah 1.700.000 metrik ton yang terdiri atas 22% produksi Sumatera Utara, 10% dari Jawa Timur, dan 34% asal Kalimantan dan Pulau Tarakan sebesar 4%. Pada masa itu jumlah tersebut adalah 3,7% dari produksi perminyakan dunia. Shell-Koninklijke menjadi penghasil perminyakan tunggal di Hindia Belanda di masa-masa sebelum Perang Dunia I.
Kondisi
yang baik ini mendorong BPM untuk mendirikan kantor pusatnya di Hindia Belanda
yang berlokasi di Batavia pada tahun 1938. Kantor pusat BPM atau Hoofdgebouw van de Bataafsche Petroleum
Maatschappij di Batavia dibangun megah dengan menaranya yang khas berbentuk
kubus. Di puncak menaranya terdapat tulisan BPM di empat bidang pada kubus
tersebut.
Pada
tahun 1965 menjadi momen penting karena menjadi sejarah baru dalam perkembangan
industri perminyakan Indonesia dengan dibelinya seluruh kekayaan BPM-Shell
Indonesia oleh PN Permina (Perusahaan Tambang Minyak Negara) dengan nilai US$110
juta. Lalu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1968 tertanggal 20
Agustus 1968 PN Pertamina dan PN Pertamin dimerger menjadi satu perusahaan
bernama PN Pertamina. Sejak 17 September 2003, namanya berubah menjadi PT.
Pertamina (Persero) sampai sekarang, dan secara otomatis gedung yang digunakan
oleh BPM di Batavia tersebut berubah menjadi milik Pertamina. Puncak kubus dari
gedung tersebut pun, logo BPM sekarang menjadi logo Pertamina. *** [071212]
Kepustakaan:
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto,
2008. Sejarah Nasional Indonesia V: Zaman
Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda, Jakarta: Balai Pustaka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Perminyakan_di_Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar