Berwisata
heritage dengan menyusuri Kota
Pasuruan tentu sangatlah mengasyikan. Seakan-akan membuka lembar-lembar sejarah
masa lalu. Sejarah pernah mencatat bahwa Kota Pasuruan ini pernah berkembang
pesat pada akhir abad ke-18 sampai dengan awal abad ke-20. Bahkan pada saat itu
Kota Pasuruan pernah menjadi kota metropolis yang mempunyai trem listrik
sebagai moda angkutan dalam kota, sebelum akhirnya meredup lagi lantaran
produksi gula sudah tidak menjadi primadona lagi dalam perdagangan di Eropa.
Jejak-jejak
kejayaan peradaban Kota Pasuruan di kawasan pantai utara Jawa bagian timur
masih dilihat dari sisa-sisa gedung tua yang masih tegak berdiri hingga kini.
Salah satunya adalah Gedung Yayasan Pendidikan Pancasila. Gedung ini terletak
di Jalan Hasanuddin No. 12 RT.01 RW.05 Kelurahan Karanganyar, Kecamatan
Panggungrejo, Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung ini berada di
depan Rumah Singa, atau sebelah utara Koramil.
Gedung
yang kini digunakan Yayasan Pendidikan Pancasila ini dulunya merupakan rumah
milik Han Hoo Tong. Keluarga Han merupakan salah satu keluarga terkemuka
(konglomerat) di Pasuruan yang diberi keistimewaan di bidang pemerintahan,
perdagangan dan pajak oleh Pemerintah Hindia Belanda. Bangunan ini diperkirakan
dibangun antara tahun 1870-1890 di kala gula menjadi komoditas primadona di
pasaran Eropa.
Dua saudara laki-laki Han Hoo Tong, yaitu Han Hoo Tjoan dan Han Hoo Hai, pernah menjabat sebagai Kapitein der Chineezen. Han Hoo Tjoan menjabat sebagai Kapitein der Chineezen Pasuruan pada tahun 1881-1886, dan Han Hoo Hai menjabat sebagai Kapitein der Chineezen Probolinggo pada tahun 1870-1885. Kapitein der Chineezen bukanlah pangkat dalam kemiliteran, akan tetapi jabatan yang diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu untuk mengawasi semua kegiatan apapun yang ada di kawasan Pecinan yang merupakan wilayah kekuasaannya.
Pada
tahun 1958 bangunan ini digunakan untuk kegiatan perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). THHK adalah
perkumpulan Tionghoa yang bergerak untuk memajukan pendidikan orang-orang Tionghoa
di Hindia Belanda. Tujuannya untuk menyediakan pendidikan gratis bagi semua
anak keturunan Tionghoa dari berbagai lapisan sosial ekonomi. Ketua THHK yang
pertama di Pasuruan dipegang oleh Han Hoo Tong.
Kemudian
bangunan ini pernah beralih fungsi sebagai markas tentara, gedung kesenian, dan
akhirnya kembali digunakan sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat Kota
Pasuruan hingga saat ini. Hanya saja, sebelum merdeka digunakan sebagai lembaga
pendidikan bagi komunitas THHK, dan setelah merdeka digunakan oleh Yayasan
Pancasila, sebuah yayasan yang didirikan oleh warga Tionghoa Pasuruan dalam
mengembangkan pendidikan. Sehingga, beberapa bagian gedung ini digunakan untuk
sekolahan, mulai dari Taman Kanak-Kanak, SD sampai SMP Pancasila.
Dilihat
dari fasadnya, bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 5.000 m²
ini mengacu pada bentuk arsitektur Indische
Empire. Hal ini kelihatan dari denah dan tampak depan bangunan dengan pilar
gaya Yunani dan teras depan maupun belakang yang luas. Pada abad ke-19 di
Hindia Belanda, gaya arsitektur seperti ini sangat populer sekali sehingga
hampir semua jenis bangunan, baik fasilitas umum maupun rumah tinggal, memakai
gaya arsitektur ini. Salah satu keunggulan gaya arsitektur Indische Empire adalah penyesuaiannya dengan iklim tropis lembab
yang sangat baik sekali, terutama pada teras depan dan belakangnya yang luas
dan terbuka. Sehingga orang merasa nyaman tinggal di dalamnya. Hal ini terbukti
bahwa gaya arsitektur ini sempat bertahan sepanjang abad ke-19. *** [200915]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar