Usai
menyaksikan kemegahan Gedung Yayasan Pendidikan Pancasila, cobalah menyeberang
sejenak. Karena tepat dihadapan gedung tersebut ada bangunan tua yang tak kalah
pesona heritagenya. Masyarakat
sekitar menyebut bangunan tua tersebut dengan sebutan Rumah Singa.
Rumah
Singa ini terletak di Jalan Hasanudin No. 11-14 RT.01 RW.04 Kelurahan
Karanganyar, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi
Rumah Singa ini berada di depan Gedung Yayasan Pendidikan Pancasila, atau biasa
disebut dengan Gedung Pancasila saja.
Dalam
buku Profil Cagar Budaya Kota Pasuruan (2015) disebutkan, bahwa Rumah Singa ini
pada awalnya merupakan rumah orang Belanda yang dibangun pada tahun 1825 namun
kemudian dibeli oleh Tan Kong Seng, seorang Kapitein
der Chineezen pada tahun 1840an. Kemudian pada tahun 1860 dilakukan
renovasi dengan mendatangkan lantai marmer dan pagar besi dari Italia.
Pada
awal abad ke-20, rumah ini dikenal sebagai rumah keluarga Kwee. Keluarga Kwee
bersama keluarga Han dan Tan merupakan salah satu keluarga terkemuka
(konglomerat) di Pasuruan yang diberi keistimewaan di bidang perdagangan dan
pajak oleh Pemerintah Hindia Belanda. Mereka menguasai perdagangan hasil bumi
dan ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk mengatur tata niaga opium.
Bersama keluarga Tionghoa yang lain, keluarga Kwee dan Han mengembangkan
industri gula di Pasuruan dan Probolinggo.
Sekarang ini, rumah tersebut menjadi milik Alan Douglas Rudianto Wardhana Zecha dan tetap dijadikan tempat tinggal. Rumah yang memiliki lahan seluas 1 hektar ini memiliki langgam Indische Empire. Hanya kolom-kolomnya sudah tidak memakai bahan bata lagi, tapi diganti dengan besi ulir yang mulai populer pada akhir abad ke-19. Hampir semua bahan bangunan, terutama yang dipergunakan untuk mendirikan rumah yang bagus di Kota Pasuruan didatangkan dari luar negeri kecuali pasir, bata maupun kapur. Hubungan dengan luar negeri cukup lancar bagi Kota Pasuruan pada abad ke-19 karena pelabuhannya digunakan untuk mengekspor hasil perkebunan selama cultuurstelsel sampai akhir abad ke-19.
Gaya
arsitektur Indische Empire merupakan
gaya arsitektur yang diadopsi dari aliran arsitektur Neoklasik yang berkembang
di Perancis pada pertengahn abad ke-18, yang disebut sebagai arsitektur Empire Style. Gaya Empire Style ini
dipopulerkan oleh mantan seorang perwira tentara Louis Napoleon dari Perancis,
yang kemudian menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-36, yaitu Herman
Willem Daendels (1808-1811).
Daendels
banyak mengubah bangunan yang ada di Hindia Belanda dengan suatu gaya Empire
Style yang berbau Perancis. Gaya tersebut kemudian terkenal dengan sebutan Indische Empire Style, yaitu suatu gaya
arsitektur Empire Style yang
disesuaikan dengan iklim, teknologi dan bahan bangunan setempat yang berada di
Hindia Belanda (Nederlands-Indië).
Pada
waktu keluarga Kwee menempati rumah ini, dibuatlah patung singa yang
ditempatkan di halaman depan. Hal ini yang menyebabkan rumah ini kemudian
dinamakan Rumah Singa, dengan harapan rumah tersebut bisa selalu aman terjaga.
Hal ini selaras dengan kepercayaan yang dianut di kalangan orang Tionghoa,
bahwa patung singa dianggap sebagai dewa pelindung. Maklum, karena keluarga
Kwee kala itu dikenal sebagai pengusaha paling kaya di Kota Pasuruan. *** [200915]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar