Stasiun
Kereta Api Pasuruan (PS) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Pasuruan,
merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah
Operasi (Daop) 9 Jember yang berada pada ketinggian + 3 m di atas permukaan
laut, dan merupakan stasiun kereta api kelas II yang letaknya paling barat dari
Daop 9.
Stasiun
ini terletak di Jalan Stasiun No. 1 Kelurahan Trajeng, Kecamatan Gadingrejo, Kota
Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah barat Pasar
Kota Pasuruan.
Bangunan
Stasiun Pasuruan ini merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda. Diperkirakan
pembangunan stasiun ini bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api dari Surabaya-Bangil-Pasuruan
sepanjang 63 kilometer yang dikerjakan oleh Perusahaan Kereta Api milik
Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen,
dari tahun 1876 dan selesai pada tahun 1878. Jalur ini diresmikan pada tanggal
16 Mei 1878. Sehingga, Stasiun Pasuruan ini termasuk salah satu stasiun tertua
di Jawa Timur.
Stasiun berperon sisi ini memiliki 4 jalur aktif dengan 2 jalur sepur lurus yang menghubungkan ke Stasiun Probolinggo di sebelah timur, dan Stasiun Bangil di sebelah barat. Selain jalur aktif tersebut, dahulu ada jalur trem milik PsSM (Pasoeroean Stoomtram Maatschappij) yang bercabang dari jalur 1 melewati Jalan Niaga menuju Sengon yang sekarang sudah dinonaktifkan. Selain itu, dari Stasiun Pasuruan ini juga terdapat bekas jalur kereta api menuju ke Bekasi, Ngempit, dan Purwosari yang dibangun oleh PsSM.
Perlu
diketahui bahwa PsSM pernah membangun jalur kereta api dari
Pasuruan-Warungdowo-Bekasi sepanjang 16 kilometer dari tahun 1896 dan selesai
pada tahun 1898. Jalur Pasuruan-Boom sepanjang 2 kilometer dibangun pada tahun
1996. Kedua jalur ini sudah tak ada lagi karena dijarah oleh Jepang pada tahun
1942. Lalu, jalur rel dari Warungdowo menuju Wonorejo sepanjang 11 kilometer
diselesesaikan pada tahun 1899, dan jalur rel dari Wonorejo menuju Bakalan
sepanjang 12 kilometer, selesai juga pada tahun 1899. Kedua jalur ini sudah
tidak berfungsi lagi sejak tahun 1933.
Pada tahun 1900, PsSM berhasil menghubungkan jalur rel dari Bakalan-Purwosari (Pasar Alkmaar) sepanjang 3 kilometer. Kemudian jalur dari Warungdowo menuju Ngempit sepanjang 5 kilometer berhasil dibangun pada tahun 1912. Tapi sayang, jalur tersebut juga mengalami nasib yang sama, yaitu sudah tidak berfungsi lagi.
Stasiun
Pasuruan memiliki luas 1.250 m². Dilihat dari fasad bangunannya,
stasiun ini menggunakan arsitektur bergaya Indische
Empire. Gaya arsitektur ini merupakan gaya imperial yang pertama kali
dipopulerkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem
Daendels (1808-1811). Gaya arsitektur ini ditandai dengan bangunan tembok
tinggi kokoh yang pada pinggiran atapnya biasa diberi ornamen besi tempa, serta
menggunakan jendela yang besar-besar dan
memakai jalusi besi.
Dari
segi arsitektur kota, peletakan stasiun ini cukup baik karena letaknya tegak
lurus di tengah-tengah jalan utama Kota Pasuruan, yaitu Jalan Soekarno-Hatta.
Dulu, kemegahannya bisa dilihat dari jalan utama tersebut. Hanya sayangnya,
kemegahan stasiun tersebut sekarang tenggelam dengan luberan aktivitas pasar di
sebelah timurnya hingga sampai menutupi jalan tegak lurusnya tadi. *** [200915]
kalau dari stasiun bogor
BalasHapuske stasiun kota pasuruan bisa apa gk ??
kalau turun di kota pasuruan
BalasHapus