Tak
jauh dari jalan raya yang menghubungkan Ciputat dengan Lebak Bulus, terdapat
sebuah daerah yang sering dikunjungi oleh masyarakat Ciputat dan sekitarnya
untuk bersantai. Mereka pada umumnya menikmati telaga dengan keasriannya.
Terlebih bagi yang gemar memancing, telaga ini merupakan tujuan favorit mereka.
Tenang, dan sekaligus mudah mengaksesnya.
Telaga
tersebut memang tidak terlalu luas, namun hijaunya rerimbunan daun pepohonan
yang mengitari telaga tersebut, membuat pengunjung betah untuk bersantai di
sana. Telaga tersebut dikenal dengan Situ Gintung. Situ ini terletak di
Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten. Lokasi situ ini terletak di sebelah timur lampu merah Gintung.
Situ
Gintung merupakan satu dari 160 lebih situ yang ada di wilayah Jabodetabek. Situ, berasal dari bahasa Sunda yang
artinya adalah telaga atau danau. Dulunya, Situ Gintung ini adalah danau alami
berupa rawa-rawa. Kemudian, pemerintah Hindia Belanda menjadikan Situ Gintung
sebagai daerah tangkapan air yang
ditampung dari sungai Cidurian dan Cisadane, untuk mengairi persawahan yang
terletak di bagian hilir (arah timur laut). Lalu, dibendung dan dibangun pintu
air. Pengerjaannya dimulai sejak tahun 1932, dan selesai pada tahun 1933.
Luas area Situ Gintung pada saat dibangun, diperkirakan sekitar 31 hektar, namun sekarang diperkirakan tinggal 24 hektar saja. Daerah hilir yang dahulunya merupakan persawahan terletak di sepanjang bantaran (flood plain) saluran air Situ Gintung yang berada di cekungan sebelah timur laut tanggul dan dibatasi oleh tebing di sebelah timur dan baratnya, serta membentang hingga sungai Pesanggrahan. Luas wilayah yang merupakan persawahan tersebut diperkirakan sekitar 18 hektar.
Sekitar
tahun 1980, keindahan Situ Gintung mulai dilirik para pebisnis. Salah satu tepi
Situ Gintung kemudian dimanfaatkan sebagai tempat wisata alam dan perairan di
mana terdapat restoran, kolam renang, dan sarana outbound. Akibat adanya fasilitas ini, menjadikan kawasan Situ
Gintung juga dilirik untuk pemukiman penduduk yang berurbanisasi di Jakarta.
Sehingga, sekitar kawasan ini menjadi padat hunian. Saking padatnya hunian, terutama yang berada di sebelah utaranya, kawasan
Situ Gintung menjadi slum area
(daerah kumuh). Di sekitar pintu air hingga jembatan, dulunya merupakan hunian
ala tepi sungai Ciliwung. Rumahnya berhimpitan dan kumuh. Tapi sekarang,
kekumuhan tersebut sudah tidak ada lagi. Daerah buangan air dari Pintu Air Situ
Gintung menjadi daerah hijau, yang banyak ditanami tumbuhan peneduh. Hal ini
tidak terlepas dari adanya peristiwa 27 Maret 2009 di mana Situ Gintung jebol.
Berawal
pada tanggal 26 Maret 2009 mulai pukul 16.00 hingga 19.00 WIB, hujan lebat
disertai angin kencang dan petir melanda kawasan Ciputat dan sekitarnya,
membuat permukaan air telaga Situ Gintung meningkat dan melebihi kapasitas.
Akibatnya tanggul Situ Gintung tak sanggung menahan luapan air yang berada di
telaga Situ Gintung tersebut, dan jebol.
Jebolnya tanggul Situ Gintung mengakibatkan bencana banjir bandang yang menghanyutkan tanah dari tanggul dan lumpur dari telaga serta beberapa bangunan yang berada tepat di bawah tanggul. Turbulensi aliran ke arah hilir diduga makin membesar volume dan berat jenisnya akibat makin banyaknya material dari bangunan dan benda-benda lain yang tersapu banjir. Dampak terbesar dari aliran air dan lumpur ini diperkirakan mencapai puncaknya pada kawasan pemukiman dan bangunan di sekitar gedung perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang berlokasi sekitar 650 meter dari titik pecahnya tanggul.
Dari
buku Data Korban Bencana Situ Gintung, yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota
Tangerang Selatan, memperlihatkan rekapitulasi akhir hasil pencacahan korban
bencana Situ Gintung yang dihimpun oleh Posko Terpadu Penanggulangan Bencana
Situ Gintung terdapat 915 korban jiwa dari 316 KK yang tersebar dalam 8 RW serta ratusan rumah penduduk luluhlantak di
Kelurahan Cireundeu. Dahsyatnya dampak yang ditimbulkan tersebut, nama Situ
Gintung menjadi pemberitaan utama di hampir semua media massa nasional. Dari
tidak dikenal secara luas, menjadi terkenal di seantero Indonesia.
Setelah
masa tanggap darurat selesai, Situ Gintung beserta kawasannya mulai dibangun
kembali, dan selesai pada bulan Februari 2011. Perbaikan yang sangat signifikan
dari tanggul Situ Gintung, adalah adanya saluran air untuk mengalirkan air
apabila volume air tidak dapat ditampung. Saluran air ini mengalir sampai ke
daerah Petukangan. Selain itu, pada sisi kiri dan kanan saluran sekarang
menjadi ruang hijau. Pada sisi kiri saluran, juga dibangun sebuah monumen untuk
mengenang korban tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung pada 2009. Ini menjadi
tanda, bahwa kita harus lebih waspada untuk menghadapi musibah, dan berharap
kejadian yang lalu tidak akan terulang kembali. *** [170416]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar