The Story of Indonesian Heritage

Masjid Raya Syahabuddin Siak Sri Indrapura

Puas melihat Istana Siak, langkah pun dilanjutkan untuk mengunjungi sebuah masjid milik Kesultanan Siak. Masjid itu bernama Masjid Raya Syahabuddin Siak Sri Indrapura. Masjid ini terletak di Jalan Sultan Ismail No. 14 Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Lokasi masjid ini berada sebelah barat daya Istana Siak Sri Indrapura ± 260 m, atau dekat dengan tepi Sungai Siak.
Kota Siak Sri Indrapura merupakan ibu kota Kabupaten Siak yang terletak di Provinsi Riau. Kota ini pada abad ke-18 pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Melayu Islam dengan cakupan wilayah yang sangat luas dari Tamiang (Aceh) hingga Sambas (Kalimantan Barat).


Sebagai bekas pusat pemerintahan Kesultanan Melayu Islam, Siak memiliki peninggalan masjid yang dipergunakan oleh sultan dan masyarakat untuk aktivitas sholat dan keagamaan Islam lainnya. Dilihat dari perjalanan sejarahnya, keberadaan masjid kesultanan ini telah ada di Siak bersamaan dengan dipindahkannya pusat kerajaan dari Mempura ke Siak Sri Indrapura pada masa pemerintahan Sultan Siak IX Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864) dan akhirnya menetap di sana (baca: Siak Sri Indrapura) sampai akhirnya masa pemerintahan Sultan Siak berakhir.
Awalnya bangunan masjidnya masihlah sederhana. Kemudian dibangun lebih besar dari bentuk semula pada masa pemerintahan Sultan Siak X Sultan Assyaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin (1864-1889), atau yang dikenal dengan Sultan Syarif Kasim I, tepatnya pada tahun 1303 H atau 1886 M. Hal ini diperkuat dengan pahatan kaligrafi beraksara Arab terbuat dari kayu yang berada di atas pintu masuk masjid sebelah utara dengan bertuliskan “Masjid Syahabuddin 1303 H”.


Pada tahun 1926 masjid ini kembali dipugar dan dibangun menjadi megah seperti sekarang ini pada masa pemerintahan Sultan XII Sultan Assyaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin (1915-1945), atau yang dikenal dengan Sultan Syarif Kasim II.
Penamaan masjid ini berkaitan dengan kegemilangan kepemimpinan leluhurnya yang berawal dari Tengku Sayed Ali (keturunan Arab). Sejak dipimpin Tengku Sayed Ali dengan gelar Sultan Assyaidis Syarif Ali Syaifuddin Baalawi, Kesultanan Siak mulai mapan dan memasuki masa jayanya. Tengku Sayed Ali berhasil menaklukan Tamiang (Aceh), Panai (Labuhan Batu), Deli, Langkat, Bilah, Bedagai, Kota Pinang dan Pagarawan (dekat Batubara, Sumatera Utara). Keberhasilan Sultan Siak VII menguasai pesisir Timur Sumatera, menjadi pertimbangan untuk mengabadikan nama leluhurnya.
Sultan Siak VII atau Tengku Sayed Ali merupakan putra Tengku Embong Badariyah (anak Marhum Pekan) yang menikah dengan Sayed Syarif Usman Syahabuddin (keturunan Syahab), makanya Masjid Istana Siak kemudian diberi nama Masjid Syahabuddin.


Masjid dengan luas bangunan sekitar 399,6 m² ini, memiliki tiga serambi dan tiga pintu utama. Di ruang utama, langit-langit berbentuk segi delapan (hexagonal) dan ditopang delapan tiang yang mengelilingi pusat ruang. Pintu dan jendela bagian atas membentuk lengkung kubah. Lengkung kubah di atas pintu dan jendela pada bagian dalam berhias tulisan dari petikan ayat-ayat Al Quran yang terbuat dari kuningan.
Mihrab masjid terbuat dari kayu dengan ukiran motif nuasa tumbuhan dan bunga. Atap masjid berupa atap sirap yang pada bagian puncaknya berbentuk kuncup teratai. Masjid ini mempunyai mihrab dengan ukuran tinggi 2,4 m, lebar 104 cm, dan panjang 210 cm. Pada sisi kanan dan kiri mihrab yang mempunyai tiga anak tangga ini, terdapat tombak terbuat dari kayu dan berbendera hitam bertuliskan “Lailahaillallah” di sebelah kanan “Muhammad Rasulillah” di sebelah kiri.
Di dalam halaman kompleks masjid sisi timur, terdapat Rumah Tahfids Syahabuddin yang dikelola oleh Yayasan Syahabuddin Siak. Sedangkan di sisi selatan masjid yang didominasi warna kuning ini terdapat taman yang tembus dengan pintu halaman sisi selatan. Dari pintu halaman ini, pengunjung hanya tinggal sudah sampai di tepi Sungai Siak.
Di sebelah barat bangunan masjid, pengunjung bisa menjumpai bangunan yang mirip masjid. Di dalam bangunan ini terdapat makam atau kuburan dari Sultan Syarif Kasim II dan kerabatnya. *** [191220]

Kepustakaan:
Khairiah. (2015) Menelusuri Jejak Arkeologi di Siak. Jurnal Sosial Budaya Vo. 11 (1) p. 34-54. Diunduh dari http://103.193.19.206/index.php/SosialBudaya/article/viewFile/825/785
http://repository.uin-suska.ac.id/19461/9/9.%20BAB%20IV.pdf
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami