The Story of Indonesian Heritage

Pura Patirtan Taman Pasupati Giri Kawi

Di tengah penantian Bupati Malang dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Malang beserta rombongan di Wisata Religi Patirtan Dusun Jengglong, Desa Sukodadi  dalam rangka GEMA Desa di wilayah Kecamatan Wagir, kami mendahului mengunjungi Pura Patirtan Taman Pasupati Giri Kawi.
Pura Patirtan itu teletak di Dusun Jengglong RT 21 RW 07 Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi pura ini berada di sebelah utara Gedung Serba Guna RW 07 atau tepatnya berada di belakang  rumah sesepuh desa Narto.
Untuk menuju ke Pura Patirtan itu, Anda melewati jalan setapak yang berada di samping rumah sesepuh desa tersebut. Jalan setapak yang dilalui itu dipaving blok lurus menurun, dan sebagiannya dibuat tangga berundak sebanyak 93 anak tangga (undakan). Lewat jalan setapak sampai dengan lokasi pura tersebut, udara terasa sejuk akibat pengaruh letak geografis yang berada lereng Gunung Kawi sebelah timur.


Menurut Atim, salah seorang pemangku pura, ihwal berdirinya Pura Patirtan di lokasi terkait dengan adanya mahasiswa dari Bali yang melakukan kunjungan ke Dusun Jengglong ini pada tahun 1979. Kemudian pada tahun 1980-an, bangunan pura ini didirikan oleh seseorang yang berasal dari Bali di lingkungan mata air yang mengalir dari hutan yang ada di sekitarnya. Konon, lokasi pura ini dulunya merupakan tempat favorit mengasingkan diri atau bertapa Ken Arok sebelum mendirikan Kerajaan Singasari.
Pembangunan pura ini secara bertahap. Tahap awal adalah membangun pura untuk bersembahyang masyarakat setempat. Kemudian ditambahi bangunan yang lainnya di sebelah utara maupun barat pura. Yang membangun pun berbeda-beda orangnya meski keduanya berasal dari Pulau Dewata semua.
Pura Patirtan itu menghadap ke timur. Sebelah utara dan barat berbatasan dengan tebing. Sebelah selatan berbatasan dengan tebing dan jalan setapak, dan sebelah timur merupakan jalan setapak dan sungai.


Di luar kompleks pura terdapat pohon beringin yang rimbun. Di sisi barat daya pohon beringin terdapat tiga pancuran yang dindingnya berbatasan dengan pagar depan pura. Sedangkan di sebelah utara pohon beringin terdapat Bale Kentongan yang berdekatan dengan kolam maupun jembatan kecil.
Memasuki kompleks Puri Patirtan, pengunjung harus melewati Candi Bentar. Candi Bentar ini adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk pura.
Lewat Candi Bentar, pengunjung sampai di area pura yang acapkali disebut dengan Mandala Madya. Di Mandala Madya ini, dijumpai sebuah bale beratap limasan yang letaknya berada di selatan. Bale itu biasanya digunakan untuk pasraman Pasupati atau padepokan Lembah Tulis. Terkadang juga untuk istirahat atau duduk-duduk para peziarah.


Dari Mandala Madya, pengunjung bisa melanjutkan ke bagian dalam. Bagian dalam ini dinamakan Mandalan Utama. Mandalan Utama ini merupakan area yang sakral dalam tradisi persembahyangan umat Hindu. Di area ini pengunjung akan menjumpai Padmasana. Padmasana adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sesajian bagi umat Hindu guna manembah terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Berdampingan dengan Padmasana sisi barat terdapat pelinggih yang dikenal dengan sebutan Giri Kawi. Menurut Atim, pelinggih Giri Kawi ini sering digunakan oleh peziarah untuk memohon pesugihan. Antara pelinggih Giri Kawi dan Padmasana terdapat patung Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Patung ini merupakan bantuan senator RI Dr Arya Wedakarna.
Di sisi sebelah timur Padmasana dengan arah sejajar terlihat Sanggar Surya yang diyakini sebagai lenggahnya atau bersemayamnya Trayo Dasa Sakti, yakni tiga belas saksi yang mengikuti segala gerak langkah kita. Sedangkan di sebelah selatan dari Mandala Utama ini terdapat pancuran berbentuk Sang Hyang Wisnu. Air yang mengalir dari pancuran itu dipercaya sebagai tirta kesucian. Masyarakat mempercayai air suci Patirtan yang berasal dari Gunung Kawi tersebut mampu menyembuhkan sakit, membuat awet muda, dan mengabulkan berbagai pengharapan.


Selain itu di lingkungan Pura Patirtan ini juga terdapat bangunan lain yang ditempati patung Dewi Saraswati. Letaknya berada di sebelah utara pura utama. Dewi Saraswati dikenal sebagai dewi ilmu pengetahuan.
“Banyak pelajar, atau mahasiswa yang biasanya nyenyuwun atau berdoa di pura tempat patung Dewi Saraswati berdiri.” terang Atim
Di sebelah barat patung Dewi Saraswati ini terdapat satu bangunan lagi yang terlihat singup yang dijaga oleh dua patung berwujud singa. Pada masyarakat Jawa, kata singup biasanya dipakai dalam kaitan dengan suatu tempat yang angker. Di situ dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Sang Hyang Pasupati. Sang Hyang Pasupati adalah merupakan nama lain dari Sang Hyang Guru atau Dewa Siwa.
Dalam bahasa Sansekerta, kata pasupati berasal dari dua kata, yaitu pasu dan pati. Pasu artinya binatang, dan pati artinya raja atau menguasai. Jadi tujuan memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Pasupati adalah untuk mendapatkan kekuatan guna menguasai sifat-sifat kebinatangan atau keraksasaan yang sering mengusai diri manusia. *** [050220]


Share:

1 komentar:

  1. Saat saya KKN di desa ini (th 90an), pura tsb belum dibangun seindah ini.

    BalasHapus

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami