The Story of Indonesian Heritage

Riwayat Pasar Kepanjen Malang

Pada masa Kerajaan Sengguruh, wilayah yang sekarang bernama Penarukan ini menjadi hunian seorang panji (gelar bangsawan) maka disebut Kepanjen (ke-panji-an). Di lingkungan bangsawan itu serta merta akan diikuti oleh para pembantu yang menjadi abdi dalem dan keluarganya. Sehingga Kampung Penarukan itu dulu sudah cukup ramai sampai dengan kedatangan orang-orang Belanda.
Foto lawas (sekitar tahun 1900) yang diunggah oleh Universiteit Leiden dalam Leiden University Libraries: Digital Colletions terpampang foto dengan judul Pasar te Kepandjen, ten zuiden van Malang dengan kode rak penyimpanan KITLV 27581 memperlihatkan suasana keramaian pasar di sekitar Penarukan. Judul foto itu bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, berarti Pasar Kepanjen, selatan Malang.
Foto yang kemudian menjadi kartu pos itu dicetak oleh penerbit Boekhandel Visser & Co., Weltevreden, dikumpulkan oleh Olivier Johannes Raap, seorang asrsitek Belanda dan kolektor benda kuno. Kartu pos inilah yang menjadi salah satu bahan utama Raap dalam menulis Kota di Djawa Tempo Doeloe (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia).

Pasar Kepanjen ketika masin berada di Jalan Penarukan, Kepanjen, sekitar tahun 1900 (Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/)

Dalam buku itu, di halaman 78, Raap menjelaskan foto lawas itu akan keramaian pasar sekitar penghujung abad ke-19. Para pedagang berjualan di sepanjang jalan secara berderet dengan bangunan nonpermanen. Sebelah kanan tampak warung tenda, sebelah kiri terlihat bagian gapura kampung.
Foto pasti dibuat pada hari pasaran karena sangat ramai dan pasar dikunjungi penduduk desa di sekitarnya. Dari bayangan matahari, diketahui foto yang mengarah ke barat laut ini dibuat di pagi hari.
Saat itu pasar masih berada di Jalan Panarukan. Namun, pada awal abad ke-20 pembangunan aliran irigasi Kali Molek telah menyebabkan pasar bergeser ke barat beberapa ratus meter. Lokasinya sekitar Masjid Agung Baiturrahman yang saat itu belum dibangun atau masih berupa lapangan Sawunggaling.
Pada 1926 pasar direlokasi ke kawasan pecinan yang sekarang menjadi lokasi Pasar Kepanjen, yaitu terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Pada waktu itu Pasar Kepanjen yang baru sudah dibuat dengan bangunan yang permanen, dan penataannya pun telah diatur secara per blok berdasarkan barang yang diperjualbelikan di pasar tersebut. Pedagang yang menjual bahan mentah untuk makanan, seperti sayur mayur, daging maupun bahan bumbu dibedakan dengan pedagang pakaian, perkakas maupun jajan pasar. Begitu pula untuk yang jualan ayam maupun bebek yang masih hidup juga disendirikan di sisi timur.
Pada 1980 Pasar Kepanjen mengalami pemugaran. Separuh bagian pasar yang berada di sebelah barat dibongkar untuk digunakan menjadi pasar kering untuk menempatkan pedagang elektronik, pakaian, perhiasan maupun bahan-bahan kecantikan, sedangkan dibagian pasar sebelah timur difungsikan sebagai pasar basar untuk menempatkan pedagang sayur, bumbu-bumbu, los daging maupun buah-buahan.
Seiring semakin ramainya pasar tersebut, pada 1994 kembali Pasar Kepanjen mengalami pemugaran lagi. Pada bagian depan yang digunakan sebagai pasar kering dibuat bertingkat atau menjadi dua lantai. Hal ini untuk menampung perkembangan Pasar Kepanjen menjadi Pasar Besar Kepanjen. Di lantai 2 selain digunakan untuk Kantor Dinas Pasar, juga terlihat untuk para penjahit. Di lantai 1 masih dipertahankan sebagai pasar kering.
Sementara itu, di lokasi lama (Penarukan) masih terlihat kesibukan masa silam yang berlanjut dalam bentuk pasar krempyeng. Dalam bahasa Jawa, kata krempyeng berarti suara serangga bersayap berdengung. Sebuah pasar krempyeng tiba-tiba muncul dan tiba-tiba hilang lagi, seperti dengungan lalat yang lewat dengan cepat. Di pasar semacam ini, yang di kota lain disebut juga dengan pasar kaget, biasanya para mlijo (Penjual bahan pangan keliling) menghabiskan stok mereka dengan harga murah, jelang siang. *** [240320]

Kepustakaan:
Raap, Olivier Johannes. & Udiani, Christina M.  (2015).  Kota di Djawa tempo doeloe.  Jakarta :  Kepustakaan Populer Gramedia
https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/802560?solr_nav%5Bid%5D=1e0cd4d3e305a1d2ef6d&solr_nav%5Bpage%5D=0&solr_nav%5Boffset%5D=3

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami