The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Bumiayu

Stasiun Kereta Api Bumiayu (BMA) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Bumiayu, merupakan salah satu stasiun kereta api kelas II yang berada di bawah manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 5 Purwokerto yang berada pada ketinggian +236,45 m di atas permukaan laut. Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun, Dusun Taloksari Kulon, Desa Dukuhturi, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur Pasar Talok Sumber Rezek ± 230 m, atau sebelah selatan Lapangan Talok ± 400 m.
Pembangunan Stasiun Bumiayu ini bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Cirebon-Prupuk/Margasari-Kroya sepanjang 158 kilometer. Pengerjaannya dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS)  di bawah pimpinan SS yang ke-11, Ir. M.H. Damme (1913-1919), pada tahun 1916/1917, dan jalur tersebut merupakan bagian dari proyek jalur kereta api untuk jalur bagian barat (Westerlijnen).
Usulan pembangunan jalur rel Cirebon-Prupuk/Margasari-Kroya ini sebenarnya sudah disetujui dengan dikeluarkannya Undang-Undang 31 Desember 1912 (de Wet van 31 December 1912). Karena keadaan selama Perang Dunia I, pelaksanaan konstruksi jalur rel tersebut menjadi tertunda.Tujuan pembangunan jalur tersebut adalah untuk memperpendek jarak antara Jakarta-Surabaya. Sebelumnya jalur yang ditempuh antara Jakarta-Surabaya selalu melewati daerah Priangan selatan yang berkelok-kelok melintasi perbukitan yang sering menanjak.
Sedangkan, untuk jalur yang melintasi Bumiayu ini memilik ketinggian tertinggi tidak lebih dari 340 m, yang dapat di atasi antara Prupuk dan Purwokerto (56 kilometer) dengan kemiringan tidak lebih dari 14‰ dengan jalur melengkung sejauh 300 m.
Pelaksanaan pembangunan jalur rel Cirebon-Prupuk/Margasari-Kroya dilakukan dari dua arah, yaitu utara (Cirebon) dan selatan (Kroya), serta dibagi dalam tiga tahap. Tahap 1 dari Cirebon hingga Margasari, dan tahap 2 dari Kroya ke Patuguran. Kedua jalur tahap 1 dan 2 itu diresmikan bersamaan pada 1 Juli 1916.
Kemudian tahap 3, pengerjaan jalur Margasari-Patuguran. Jalur tahap 3 ini merupakan jalur terberat karena banyak melintasi jurang, sehingga jalur rel tersebut banyak memiliki lintasan rel dengan jembatan berkolom tinggi. Jalur Margasari-Patuguran ini dibuka untuk umum pada 1 Januari 1917, dan sekaligus diresmikannya stasiun atau halte yang berada di lintasan tersebut. Salah satu stasiun tersebut adalah Stasiun Bumiayu (Treinstation te Boemiajoe). Ketika didirikan, Stasiun Bumiayu masih merupakan sebuah halte (di bawah stasiun kelas III).
Stasiun Bumiayu memiliki 4 jalur kereta api dengan jalur 2 dan 3 sebagai sepur lurus. Jalur 2 digunakan sebagai sepur lurus arah ke Stasiun Kretek hingga Purwokerto, dan jalur 3 difungsikan sebagai sepur lurus arah ke Stasiun Linggapura hingga Cirebon. Selain itu, di stasiun ini juga terdapat 3 sepur badug, dua sisi barat (menyambung di jalur 1 dan 4) dan satu sisi timur (bercabang dari jalur 1).
Stasiun Bumiayu ini tergolong stasiun yang ramai. Banyak kereta api yang melintas maupun singgah di stasiun tersebut. Emplasemennya pun terlihat bersih dan rapi. *** [200818]

Kepustakaan:
Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken
Reitsma, S. A. (1925). Gedenkboek staatsspoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indie 1875-1925. Weltevreden: Topografische Inrichting
http://www.studiegroep-zwp.nl/halten/

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami