Wilayah Kepanjen sebagai ibu kota Kabupaten Malang dilalui sebuah sungai yang dikenal dengan sebutan Sungai Molek. Masyarakat Kepanjen lebih akrab menyebut Kali Molek. Kata ‘kali’ menurut Bahasa Jawa dalam tingkatan ngoko dimaknai sebagai sungai.
Kali Molek yang membelah Kepanjen ini sesungguhnya merupakan daerah irigasi Induk Saluran Molek. Secara administratif daerah irigasi Molek yang diambil dari bendung (DAM) Blobo untuk mengairi jaringan irigasi di 3 kecamatan (Kepanjen, Kromengan dan Sumberpucung) yang meliputi 13 desa (Sukoraharjo, Penarukan, Kepanjen, Cepokomulyo, Talangagung, Jatikerto, Slorok, Ngebruk, Sambigede, Jatiguwi, Sumberpucung dan Karangkates).
Kali Molek (Foto diambil di Kelurahan Penarukan, Kepanjen/20/06/2021) |
Dalam buku De zegenrijke heeren der wateren: Irrigatie en staat op Java, 1832-1942 (1997: 162), Wim Ravesteijn membuat tabel yang berisikan Het Algemeen Irrigatieplan van 1890 (Rencana Irigasi Umum Tahun 1890). Pada urutan ke-21 tertulis proyek irigasi dengan nama Molek werken (pembangunan saluran irigasi Molek) yang pelaksanaan konstruksinya dilakukan dari tahun 1901 hingga tahun 1904.
Detail pembangunan Molek werken ini termaktub dalam Verslag over de burgerlijke openbare werken in Nederlandsch-Indië over het jaar 1902/1903 (‘S-Gravenhage, Gebrs. J. & H. Van Langenhuysen, 1904: 203-204), termasuk di dalamnya diulas perihal pembangunan jembatan talang yang membentang di atas Kali Sukun serta shypon di atas Kali Metro.
Jalur rel kereta api melintas di atas Kali Molek. Lokasi di selatan Stasiun Kepanjen |
Melansir tulisan Hartveld dalam Raising cane : linkages, organizations and negotiations in Malang's sugar industry, East Java (1996: 77) disebutkan bahwa untuk mendukung kegiatan pabrik gula, Pemerintah Hindia Belanda membangun dua proyek irigasi di Kabupaten Malang, yakni irigasi Molek (Molek werken) dan irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken). Proyek Molek ini mampu mengairi sawah seluas 4.600 hektar di wilayah konsesi Pabrik Gula Panggungrejo, sedangkan proyek irigasi kedua mampu mengairi sawah seluas 4.700 hektar yang menjadi area konsesi Pabrik Gula Sempalwadak dan Krebet.
Daerah-daerah penghasil tebu di Malang antara lain Bululawang, Gondanglegi, Dampit, Kepanjen, Sumberpucung dan Wajak. Tanaman tebu dibudidayakan baik dalam skala besar oleh perkebunan besar maupun dalam skala lebih kecil secara swakarsa oleh rakyat.
Salah satu pintu air di Talangagung untuk mengaliri saluran sekunder |
Pada masa pendudukan Jepang, Kali Molek dikelola oleh Dobuku. Dobuku merupakan istilah bahasa Jepang untuk menyebut Dinas Pekerjaan Umum Sipil yang pada masa Hindia Belanda dikenal dengan BOW.
Kini, Kali Molek dikelola Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kepanjen dan wilayah UPTD Sumberpucung wilayah Kabupaten Malang. Untuk yang melintas Kota Kepanjen, di sekitar sempadan Kali Molek digunakan untuk ruang terbuka hijau. Sementara itu, peninggalan Shypon Metro sebagai bagian dari Molek werken, sekarang ini selain berfungsi sebagai ruang terbuka hijau juga digunakan untuk wisata nan eksotis dengan pipa-pipa air raksasa peninggalan Belanda di atas Kali Metro yang dikitari oleh rerimbunan pepohonan dengan diselingi kicauan burung dan suara riak air Kali Metro. *** [240621]
Kepustakaan:
Hartveld, Aard J. (1996). Raising cane : linkages, organizations and negotiations in Malang's sugar industry, East Java. Delft : Uitgeverij Eburon. Diunduh dari https://edepot.wur.nl/138386
Ravesteijn, Wim. (1997). De zegenrijke heeren der wateren : irrigatie en staat op Java, 1832-1942. Delft, The Netherlands : Delft University Press
Verslag over de burgerlijke openbare werken in Nederlandsch-Indië over het jaar ..., 1902, 1902. Geraadpleegd op Delpher op 20-06-2021, https://resolver.kb.nl/resolve?urn=KBNA001:002620001:00005
Hemmm ngunu tibak e critane.
BalasHapus