“I began to travel, explore and pray within countless masjids around the world, that I realized how much local culture, politics, and interpretations of history influence the shaping of a mosque and its architecture.” -- Rizwan Mawani
Usai menyaksikan kemegahan Charminar dan menuruni 149 anak tangganya, rombongan peserta Third Annual Symposium NIHR Global Health Reseach Centre for Non-Communcable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) yang mengikuti Hyderabad City Tour (HCT) kembali berbaur dengan kerumunan orang di sekitar bangunan heritage ikonik tersebut.
Suasana Kota Tua Hyderabad terasa hidup. Pedagang kaki lima, wisatawan, peziarah, serta warga lokal saling berpapasan dalam ritme kota yang tak pernah benar-benar diam. Dari menara Charminar, pandangan seolah ditarik mundur ke masa lalu, ketika Hyderabad tumbuh sebagai pusat perdagangan, kebudayaan, dan peradaban Islam di India bagian selatan.
Panitia HCT dari The George Institute for Global Health (TGI) India kemudian mengajak rombongan mencicipi chai tea dan roti banmaskin di Nimrah Café & Bakery yang legendaris, tak jauh dari Charminar. Aroma teh susu yang hangat berpadu dengan manisnya roti khas Hyderabad menjadi jeda yang menyenangkan sebelum perjalanan dilanjutkan. Usai menikmati chai tea, rombongan berjalan santai menyusuri jalanan yang dipenuhi pedagang kaki limat, membiarkan diri larut dalam keramaian dengan nuansa yang sarat sejarah.
![]() |
| Fasad Masjid Mekkah di Hyderabad dekat Charminar menjelang Maghrib pada Rabu (10/12) |
Saya bersama Pak Tatang (Ismiarta Aknuranda, S.T., M.Sc., Ph.D.), Dr. Ian Hamilton (Imperial College London), dan Alexandra Olid Stepanchuk (Imperial College London) menyempatkan diri mengunjungi Masjid Mekkah, yang terletak hanya beberapa meter di arah barat daya Charminar.
Alexandra mengenakan hijab sesuai aturan yang tertera di pintu masuk masjid - sebuah pengingat bahwa ruang sakral ini terbuka bagi siapa saja, selama adab dan penghormatan dijaga. Beberapa menit berkeliling, kumandang azan Maghrib terdengar menggema, menyatu dengan hiruk pikuk kota. Saya dan Dr. Ismiarta pun mengikuti salat Maghrib berjamaah, menutup kunjungan dengan ketenangan spiritual yang kontras namun selaras dengan suasana urban di sekitarnya.
Masjid Mekkah, atau Makka Masjid (మక్కా మస్జిద్), merupakan salah satu masjid paling mengesankan dan berornamen indah di Hyderabad, India. Pembangunannya dimulai oleh Sultan Mohammed Quli Qutub Shah pada tahun 1617 di bawah bimbingan Choudhary Rangaiah dan Daroga Mir Faizullah, lalu diselesaikan oleh Kaisar Mughal Aurangzeb pada tahun 1694.
Proses panjang selama 77 tahun itu mencerminkan kesungguhan, visi, dan ketekunan para penguasa serta ribuan pekerja yang terlibat. Nama “Mekkah” disematkan karena tanah dari kota suci Mekah digunakan dalam pembuatan batu bata untuk lengkungan tengah masjid - sebuah simbol ikatan spiritual lintas wilayah.
![]() |
| Papan dekat tempat wudlu di Masjid Mekkah, Hyderabad, Telangana, India |
Masjid ini merupakan mahakarya arsitektur Indo-Islam yang berdiri anggun di dekat Charminar dan berfungsi sebagai masjid utama Kota Tua Hyderabad. Dengan kapasitas hingga 10.000 jamaah, Masjid Mekkah bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat sosial dan budaya.
Seorang penjelajah Prancis, Jean-Baptiste Tavernier, tercatat sebagai salah satu pengamat awal yang terpesona oleh kemegahan masjid ini. Dalam catatan perjalanannya, ia menulis bahwa bangunan tersebut kelak akan menjadi “pagoda termegah di seluruh India” ketika selesai dibangun sebuah kesaksian dari luar tradisi Islam yang menegaskan daya tarik universal arsitekturnya.
Masjid Mekkah menampilkan perpaduan gaya arsitektur Persia, Mughal, dan India yang khas, dengan menara, kubah, pagoda, serta motif bunga yang diukir dengan detail rumit. Sekitar 8.000 pekerja dikerahkan untuk membangun monumen besar ini.
Sebelum memasuki kompleks utama, pengunjung melewati sebuah gerbang dengan kolam air besar dan dua bangku batu di sisinya, menghadirkan kesan transisi dari dunia luar menuju ruang kontemplatif.
![]() |
| Arsitektur lengkungan di dalam ruang utama tempat salat para jamaah di Masjid Mekkah, Hyderabad, India |
Ruang salat utama berukuran sekitar 220 kaki lebarnya dan 75 kaki tingginya, ditopang dua pilar segi delapan yang masing-masing dipahat dari satu batu granit utuh, sebuah pencapaian teknik yang luar biasa pada masanya.
Ruang utama salat dihiasi 15 lengkungan berdesain indah, lima lorong utama, serta lampu gantung kristal Belgia yang menggantung anggun di langit-langit, memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Di halaman masjid seluas kurang lebih 108 meter persegi, terdapat jam matahari dan fasilitas pemandian umum (hammam), menegaskan fungsi masjid sebagai pusat kehidupan sehari-hari umat.
Di ujung selatan kompleks, makam marmer para penguasa Asaf Jahi dan anggota keluarga mereka menambah lapisan sejarah yang kental. Bahkan, terdapat sebuah ruangan khusus yang menyimpan peninggalan kuno, seperti rambut Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, menjadikan masjid ini juga sebagai ruang ziarah yang penuh penghormatan.
Pintu dan dinding Masjid Mekkah diukir dengan prasasti Al-Qur’an yang halus, memperlihatkan perpaduan antara seni, iman, dan teks suci. Selesai menunaikan salat Maghrib berjamaah, saya sempat mengabadikan keindahan masjid tersebut dengan kamera Xiaomi Redmi Note 14 Pro 5G. Rasa lega dan tenteram menyertai langkah keluar dari kompleks masjid. Sebuah perasaan yang sulit diungkapkan, namun nyata hadir di tengah gemerlap dan kebisingan kota.
![]() |
| Halaman terbuka Masjid Mekkah sebelum jamaah memasuki ruang utama masjid |
Konon, kompleks Masjid Mekkah dan situs-situs terkait di wilayah Deccan dimasukkan UNESCO ke dalam “daftar sementara” Situs Warisan Dunia pada tahun 2014 dengan nama Monuments and Forts of the Deccan Sultanates. Pengakuan ini menegaskan nilai universal luar biasa dari warisan arsitektur dan sejarah Hyderabad.
Mengulas keindahan Masjid Mekkah Hyderabad tak hanya soal estetika bangunan, tetapi juga tentang bagaimana sejarah, budaya lokal, dan interpretasi keagamaan membentuk ruang ibadah. Seperti ujaran (quote) Rizwan Mawani, seorang pendidik dan peneliti Kanada yang berspesialisasi dalam antropologi dan studi agama komparatif serta penulis buku Beyond the Mosque: Diverse Places of Muslim Worship (2019):
“Saya mulai bepergian, menjelajah, dan berdoa di banyak masjid di seluruh dunia, dan dari situlah saya menyadari betapa besar pengaruh budaya lokal, politik, dan interpretasi sejarah terhadap pembentukan sebuah masjid dan arsitekturnya.”
Masjid Mekkah Hyderabad adalah perwujudan nyata dari pernyataan tersebut, sebagai sebuah ruang suci yang merekam jejak zaman, menyatukan iman dan budaya, serta menawarkan ketenangan spiritual di jantung Kota Tua yang tak pernah tidur. *** [251225]
Kepustakaan:
Santhoshini , C. N. R., Homma, R., & Iki, K. (2017). Analysis of tourism resources for sustainable tourism development of Hyderabad City, Telangana, India using Geographical Information System (GIS). International Journal of Civil Engineering and Technology (IJCIET), 8(10), 762–772. https://iaeme.com/MasterAdmin/Journal_uploads/IJCIET/VOLUME_8_ISSUE_10/IJCIET_08_10_080.pdf
Digit Insurance. (n.d.). Things to Know about Mecca Masjid Hyderabad. Digit Insurance. Retrieved December 25, 2025, from https://www.godigit.com/explore/spiritual-places/mecca-masjid-in-hyderabad
Hyderabad. (n.d.). Mecca Masjid Hyderabad . Hyderabad. Retrieved December 25, 2025, from https://www.hyderabad.org.uk/worship-places/mecca-masjid.html
KP’s 21st Century IAS. (n.d.). Mecca Masjid Hyderabad | Historic 17th Century Mosque. KPs 21st Century IAS Academy. Retrieved December 25, 2025, from https://kpiasacademy.com/mecca-masjid-hyderabad-history-2/
Wanderlog. (n.d.). Makkah Masjid. Wanderlog. Retrieved December 25, 2025, from https://wanderlog.com/place/details/19742/makkah-masjid
























