Pada waktu VOC menguasai Cirebon, mereka menjadikannya sebagai kota pelabuhan yang cukup ramai. Kemudian ketika diteruskan oleh Pemerintah Hindia Belanda, Cirebon semakin berkembang menjadi pusat pemerintahan, dan perdagangan. Alhasil, pemerintah Hindia Belanda mengembangkan wilayah tersebut menjadi wilayah perkotaan kolonial yang cukup ramai.
Selain gedung pemerintahan, para pengusaha Belanda juga berdatangan untuk mendirikan sejumlah bangunan guna menjalankan aktivitas ekonominya di Cirebon. Sehingga, banyak bangunan peninggalan kolonial yang ada di Cirebon. Salah satu di antaranya adalah Gedung Bank Mandiri KCP Cirebon Jalan Kantor.
Gedung bank ini terletak di Jalan Kantor No. 4 Kampung Kamiran, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lokasi gedung bank ini berada di samping Klenteng Tiao Kak Sie, atau berseberangan dengan Gedung BAT Cirebon.
Gedung Bank Mandiri ini semula bernama Kantoor van Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij te Cheribon. Dibangun pada tahun 1920 dengan menggunakan hasil rancangan dari biro arsitek bernama NV Architecten en Ingenieursbureau Job en Sprey.
Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij (NIEM) merupakan sebuah perusahaan di Hindia Belanda yang bergerak di bidang perbankan, dan juga menjadi pemegang monopoli pembelian hasil bumi di Hindia Belanda serta melakukan penjualan ke luar negeri. Didirikan oleh Paulus Tiedeman Jr, dan Carl Frederik Wilhelm Wiggers van Kerchem di Batavia pada tahun 1857.
Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi NV Escomptobank di mana selanjutnya pada tahun 1958 berganti status menjadi PT Escomptobank. Kemudian pada tahun 1960 dinasionalisasi serta berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah bank Pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan.
Pada 2 Oktober 1998 didirikan Bank Mandiri sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, digabungkan ke dalam Bank Mandiri. Oleh karena itu, bekas Kantoor van Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij te Cheribon itu sekarang menjadi Gedung Bank Mandiri di Cirebon.
Dilihat dari fasadnya, gedung berukuran 1053 m² yang berdiri di atas lahan seluas 1815 m² ini memiliki gaya arsitektur Art Deco. Art Deco adalah salah satu gaya yang muncul setelah era berakhirnya gaya imperium, dan menjadi gaya yang paling popular pada era tahu 1920-1940an. Demikian populernya gaya Art Deco ini mengakibatkan banyak bangunan-bangunan yang sudah ada diubah penampilannya dengan gaya Art Deco, seperti yang dialami oleh Gedung BAT ketika direnovasi pada tahun 1924.
Bangunan-bangunan Art Deco sangat berusaha untuk mencuri perhatian dari lingkungannya. Bangunan tampil menonjol, dan diwujudkan dengan pembentukan puncak-puncak pada fasad bangunan. Puncak pada fasad Art Deco dapat berwujud bentuk menara, bentuk bidang tinggi pada susunan berundak dan peletakan elemen ikonik, yang berupa ornamen atau bentuk tertentu pada fasad datar.
Bangunan berlantai dua ini pernah mengalami sejumlah perbaikan atau renovasi, namun sampai sekarang kesan kolonialnya masih terpancar dengan jelas. Menggunakan gevel pada tampak depan, dan di sebelah kiri dan kanan gevel pada posisi sejajar (horisontal) juga terdapat dormer. Di atas atap yang sejajar vertikal terpampang menara segi empat ramping. Bisa dibayangkan bagaimana megahnya gedung ini pada masanya? *** [271013]
Selain gedung pemerintahan, para pengusaha Belanda juga berdatangan untuk mendirikan sejumlah bangunan guna menjalankan aktivitas ekonominya di Cirebon. Sehingga, banyak bangunan peninggalan kolonial yang ada di Cirebon. Salah satu di antaranya adalah Gedung Bank Mandiri KCP Cirebon Jalan Kantor.
Gedung bank ini terletak di Jalan Kantor No. 4 Kampung Kamiran, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lokasi gedung bank ini berada di samping Klenteng Tiao Kak Sie, atau berseberangan dengan Gedung BAT Cirebon.
Gedung Bank Mandiri ini semula bernama Kantoor van Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij te Cheribon. Dibangun pada tahun 1920 dengan menggunakan hasil rancangan dari biro arsitek bernama NV Architecten en Ingenieursbureau Job en Sprey.
Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij (NIEM) merupakan sebuah perusahaan di Hindia Belanda yang bergerak di bidang perbankan, dan juga menjadi pemegang monopoli pembelian hasil bumi di Hindia Belanda serta melakukan penjualan ke luar negeri. Didirikan oleh Paulus Tiedeman Jr, dan Carl Frederik Wilhelm Wiggers van Kerchem di Batavia pada tahun 1857.
Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi NV Escomptobank di mana selanjutnya pada tahun 1958 berganti status menjadi PT Escomptobank. Kemudian pada tahun 1960 dinasionalisasi serta berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah bank Pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan.
Pada 2 Oktober 1998 didirikan Bank Mandiri sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, digabungkan ke dalam Bank Mandiri. Oleh karena itu, bekas Kantoor van Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij te Cheribon itu sekarang menjadi Gedung Bank Mandiri di Cirebon.
Dilihat dari fasadnya, gedung berukuran 1053 m² yang berdiri di atas lahan seluas 1815 m² ini memiliki gaya arsitektur Art Deco. Art Deco adalah salah satu gaya yang muncul setelah era berakhirnya gaya imperium, dan menjadi gaya yang paling popular pada era tahu 1920-1940an. Demikian populernya gaya Art Deco ini mengakibatkan banyak bangunan-bangunan yang sudah ada diubah penampilannya dengan gaya Art Deco, seperti yang dialami oleh Gedung BAT ketika direnovasi pada tahun 1924.
Bangunan-bangunan Art Deco sangat berusaha untuk mencuri perhatian dari lingkungannya. Bangunan tampil menonjol, dan diwujudkan dengan pembentukan puncak-puncak pada fasad bangunan. Puncak pada fasad Art Deco dapat berwujud bentuk menara, bentuk bidang tinggi pada susunan berundak dan peletakan elemen ikonik, yang berupa ornamen atau bentuk tertentu pada fasad datar.
Bangunan berlantai dua ini pernah mengalami sejumlah perbaikan atau renovasi, namun sampai sekarang kesan kolonialnya masih terpancar dengan jelas. Menggunakan gevel pada tampak depan, dan di sebelah kiri dan kanan gevel pada posisi sejajar (horisontal) juga terdapat dormer. Di atas atap yang sejajar vertikal terpampang menara segi empat ramping. Bisa dibayangkan bagaimana megahnya gedung ini pada masanya? *** [271013]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar