The Story of Indonesian Heritage

Hotel Slier Solo

Hotel Slier merupakan salah satu hotel besar yang pernah ada di Surakarta, atau Kota Solo pada masa Hindia Belanda. Dalam buku telepon wilayah Solo (Gouvernement Bedrij Der Telefonie Gids Voor Solo) terbitan September 1930 tercetak bahwa Hotel Slier beralamatkan di Residentielaan, yang sekarang berubah menjadi Jalan Jenderal Sudirman. Lokasi bekas Hotel Slier ini kini menjadi Kantor Pos dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo (gedung yang baru).
Hotel ini didirkan oleh Geertruida Adriana Borger, janda mendiang Willem Jacobus Coers (1831-1888), pada tahun 1897. Sebelumnya, hotel ini masih merupakan sebuah losmen yang dirintis oleh Willem Jacobus Coers, seorang kapten kapal (scheepskapitein).
Losmen yang sudah dirintis oleh Coers dilanjutkan oleh istrinya sepeninggal suaminya pada tahun 1888. Kemudian losmen itu dibangun oleh istrinya menjadi hotel yang megah di zamannya, dan diberi nama Hotel Slier (Hotel Slier te Soerakarta). Ia sekaligus menjadi direkturnya hingga tahun 1910. Lalu digantikan oleh J. van Nouhuys sampai tahun 1926.

Hotel Slier Solo (Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/)

Bangunan Hotel Slier terdiri atas dua lantai, dan memiliki gaya arsitektur Indische Empire dengan delapan kolom Doric sebagai penopang selasar bawah. Indische Empire adalah gaya arsitektur yang berkembang di Hindia Belanda antara pertengahan abad ke-18 dan akhir abad ke-19. Gaya ini merupakan replika dari Empire Style Neoklasik yang popular di Perancis abad ke-19, yang telah disesuaikan dengan iklim dan material yang ada di Hindia Belanda.
Pengaruh kolonial terlihat mendominasi bangunan Hotel Slier. Pada atapnya terdapat dormer, yaitu jendela atau bukaan lain yang terletak pada atap yang melereng dan memiliki atap tersendiri. Bingkai dormer biasanya diletakkan vertikal di atas gording pada atap utama.
Dalam foto lama, Hotel Slier kelihatan asri dengan rerimbunan pepohonan yang berada di depan hotel tersebut. Sebagai hotel terkemuka di Kota Solo pada zamannya, Hotel Slier sering menjadi tempat menginap para pejabat kolonial, pengusaha China maupun orang penting lainnya selama bertugas atau mengunjungi Kota Solo. Terkadang juga menjadi tempat untuk pertemuan sejumlah orang penting, seperti Dr. Radjiman dengan Mr. Copper Mountain.

Tuan Hartgers di kantornya yang berada di Hotel Slier, 1921 (Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/)

Suatu terobosan bagus ditempuh pengelola Hotel Slier, yakni penjemputan tamu dari Stasiun Balapan menuju hotel dengan kereta kuda. Penyediaan pelayanan penjemputan yang memadai ini tentu menguatkan minat pengunjung memilih menginap di hotel tersebut.
Selain itu, Hotel Slier juga pernah menjadi kantor dari sejumlah perusahaan yang hadir dan membangun di Kota Solo. Ketika sedang membangun gedung untuk Solosche Electricitiets Maatschappij (SEM), perusahaan ini juga berkantor sementara di Hotel Slier. Setelah selesai, barulah SEM pindah ke gedung barunya yang berada di Purwosari pada 1 Januari 1906. Perusahaan lampu Best Light & Co juga pernah membuka kantor perwakilan sementara di Hotel Slier ketika mempromosikan produknya (Kuntowijoyo, 2000: 143).
Ketika Jepang menduduki Kota Solo, Hotel Slier di bawah kepemimpinan direktur J.F.L. Schrijvers van Zenden dianeksasi oleh pasukan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, bangunan hotel tersebut diambil alih oleh Indonesia. Namun, pada saat meletus Agresi Militer Belanda II (Clash II), bangunan Hotel Slier pernah menjadi sasaran aksi pembakaran (bumi hangus) oleh pejuang Indonesia dalam rangka mempersempit ruang gerak Belanda di Solo.
Setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dan situasi mulai stabil kembali, bangunan hotel yang tersisa dirombak menjadi Hotel Merdeka. Kemudian di bagian selatan didirikan Kantor Pos.
Setelah bangunan hotel Merdeka sempat mangkrak puluhan tahun, terakhir lahannya dibeli oleh Kantor Perwakilan BI Solo dan dibangun gedung ekstensi BI untuk mengganti gedung BI yang lama. Gedung BI lama yang berada di sebelah utaranya akan dijadikan sebagai museum BI di Kota Solo. *** [210420]

Kepustakaan:
Kuntowijoyo. (2000). Making An Old City A Pleasant Place To Stay For Meneer And Mevrouw: Solo, 1900-1915. Humaniora Volume XII No. 2, hal. 143.
https://www.colonialbusinessindonesia.nl/nl/database-en/catalog/item/hotel-slier-2
https://www.genealogieonline.nl/stamboom-coers/I49.php
Share:

1 komentar:

  1. Yth Budiarto,
    Terima kasih atas artikel ini tentang Hotel Slier. Willem Jacobus Coers adalah ayah dari kakek kakek saya. Saya telah meneliti dia dan hotel Slier selama bertahun-tahun. Saya ingin menghubungi Anda. Apakah Anda ingin mengirim saya email? Lebih disukai dalam bahasa Inggris.

    BalasHapus

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami